Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penyebab Kematian Gajah Yani...

Kompas.com - 12/05/2016, 15:10 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Tim dokter hewan gabungan telah melakukan bedah bangkai (nekropsi) terhadap bangkai Yani, gajah sumatera koleksi Kebun Binatang Bandung yang mati pada Rabu (11/5/2016) petang.

Butuh waktu sekitar dua jam untuk mengeluarkan organ vital Yani. Proses bedah bangkai dilakukan mulai pukul 09.00-11.00 WIB.

Kepala Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Sri Mujiarti Ningsih, menjelaskan, proses nekropsi dilakukan oleh sembilan dokter ditambah tiga paramedis.

Tim dokter, kata Sri, memeriksa sejumlah organ vital Yani, seperti limpa, hati, dan paru-paru. Dari hasil diagnosis sementara, Yani mati karena terjangkit radang paru-paru.

"Kami menemukan beberapa perubahan pada organ vital. Untuk mengetahui diagnosis, kami masih tunggu uji lab. Organ yang berubah adalah paru-paru, limpa, sedikit perubahan pada organ hati. Ini semua masih diagnosis sementara, kemungkinan radang paru-paru," kata Sri di Kebun Binatang Bandung, Jalan Taman Sari, Kota Bandung, Kamis (12/5/2016).

Dari hasil pemeriksaan, pada organ dalam Yani, terdapat sejumlah gejala radang paru-paru pada hewan besar, seperti ada perubahan paru-paru, bintil di bagian limpa, dan peradangan pada organ hati.

"Mungkin itu yang menyebabkan kematiannya. Karena sakitnya sejak bulan Maret, tetapi robohnya seminggu lalu," ungkapnya.

Untuk memastikan apa penyebab kematian Yani, pihaknya masih harus menunggu uji laboratorium. Diagnosis penyakit Yani baru akan diketahui sekitar tiga bulan mendatang.

Baca juga: Gajah yang Dibiarkan Sekarat di Kebun Binatang Bandung Akhirnya Mati

"Apa penyakitnya, kami masih menunggu uji laboratorium dari Veteriner Subang, Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan Cikole, dan kami merujuk juga dari laboratorium FKH IPB," tuturnya.

Dia menjelaskan, penyakit radang paru-paru disebabkan oleh bakteri yang diduga berasal dari kualitas pakan yang buruk.

"Apakah itu kesengajaan, kita tidak tahu. Tetapi, radang paru-paru itu karena bakteri, makanan kalau diperhatikan harus ada perbaikan. Tetapi, kita baru bisa memastikan buruk tidaknya kualitas pakan setelah uji lab," katanya.

Sementara itu, dokter Taman Safari Indonesia, Yohana Tri Hastuti, menjelaskan, penyakit radang paru-paru wajar terjadi pada hewan besar. Namun, kematian Yani patut diselidik lantaran usianya masih terbilang produktif.

Baca juga: Selamat Jalan, Gajah Yani...

"Umur gajah bisa 80 tahun, Yani belum tua, 34 tahun, masih setengah umur. Kalau paru-paru umum terjadi di gajah, di hewan besar satwa liar. Tetapi, kita butuh waktu tiga bulan untuk tahu penyebabnya," kata dia.

Penyakit radang paru-paru, lanjut Yohana, mempunyai gejala awal batuk disertai dahak, berat badan menurun drastis.

"Jenis penyakit itu kalau tertangani ya mematikan. Kalau pada organ pencernaan bersih. Dilihat dari kuantitas makanan cukup, tetapi kita harus cari tahu apakah nutrisinya cukup atau tidak," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com