Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami Bukan Teroris, Kami Murni Bertani"

Kompas.com - 01/02/2016, 21:39 WIB
Kontributor Mataram, Karnia Septia

Penulis

MATARAM, KOMPAS.com - Dua pengikut organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Nusa Tenggara Barat (NTB) tiba di kampung halamannya, Senin (1/2/2016).

Mereka adalah Sanggar Yamin (38) asal Bima dan Topan Prahara (29) dari Ampenan, Kota Mataram.

Saat ini mereka ditampung di Rumah Perlindungan dan Trauma Center (RPTC) Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi NTB setelah dijemput dari Asrama Haji Donohudan, Solo, Jawa Tengah.

Yamin menceritakan, dia dipulangkan dari Kalimantan Barat dengan menggunakan kapal komersil tujuan Semarang.

Sesampainya di Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, semua anggota Gafatar ditampung di Asrama Haji Donohudan, Solo. Menurut Yamin, selama dua hari di kapal mereka diperlakukan biasa-biasa saja.

Namun setelah sampai di Semarang, Yamin merasa mereka diperlakukan terlalu berlebihan.

"Kalau kemarin kami merasa ini terlalu berlebihan. Kami ini bukan teroris, kami murni bertani di sana," kata Yamin.

Ia merasa tidak melakukan kesalahan selama berada di Kalimantan Barat karena mereka hanya bertani. Biaya yang mereka keluarkan pun murni swadaya tanpa bantuan pemerintah.

"Apa yang diopinikan media itu ya sama sekali tidak benar. Kami tidak pernah melakukan dakwah yang dituduhkan ke kami. Murni bertani," kata Yamin.

Yamin mengaku tertarik masuk Gafatar karena kemauannya sendiri. Selama ini mereka bermukim di lahan seluas 38 hektar di Desa Suka Maju, Ketapang, Kalimantan Barat.

"Ada sekitar 80-an kepala keluarga tinggal di sana," kata Yamin.

Selama di Kalimantan Barat, mereka menggarap lahan dengan menanam padi dan sayur-sayuran.

Menurut Yamin, ini merupakan program kemandirian pangan yang dilakukan organisasi Gafatar.

Senada dengan Yamin, Topan warga Ampenan Kota Mataram ini tertarik ikut organisasi Gafatar karena senang dengan kegiatan sosial.

Ia bergabung pada 2011, saat masih duduk di bangku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta.

"Awalnya diajak teman," kata Topan.

Mahasiswa jurusan IT semester akhir ini memilih meninggalkan bangku kuliah untuk ikut organisasi Gafatar. Kepada orangtuanya, Topan mengaku sudah bekerja.

"Saya sudah lama nggak pulang ke sini, jadi ya ingin ketemu orang tua. Ingin cerita ngapain saja sih di Ketapang sana, supaya tidak ada isu negatif. Mungkin orang tua saya tau saya ikut Gafatar, tapi kan secara detail beliau belum tahu," tambah Topan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com