Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah "Sniper" Terbaik Dunia yang Kini Hidup dari Warung Makan (1)

Kompas.com - 03/03/2015, 11:57 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com — Mata Tati Hayati terfokus pada angka jarum jam yang menunjukkan pukul 05.00 WIB. Melihat angka tersebut, Tati mempercepat gerakannya.

Dibantu sang suami, Tatang Koswara (68), ia menyiapkan segala perlengkapan untuk pergi ke Kodiklat TNI AD di Jalan Aceh, Bandung, tempat warung makannya berada.

Langkah Tati saat itu tampak tergesa karena seharusnya ia meninggalkan rumahnya di Cibaduyut pukul 05.00 WIB sehingga bisa sampai di warung pukul 05.30 WIB dan memulai jualan pukul 06.30 WIB pada saat anggota TNI AD sarapan.

Ada beberapa menu yang ditawarkan dari warung miliknya, yakni soto, gulai, dan ayam goreng. Satu paket makanan dijual seharga Rp 12.000-Rp 15.000.

"Hasil jualan tidak terlalu besar, apalagi sekarang saingannya makin banyak, tetapi lumayan untuk tambah-tambah," ucap Tati di kediamannya, di lingkungan Komplek TNI AU, Cibaduyut, Bandung, Senin (2/3/2015).  

Tati menjalankan usaha warung tersebut sejak suaminya pensiun tahun 1996. Pangkat terakhir sang suami adalah pembantu letnan satu (peltu) sehingga uang pensiun yang diperoleh tidak begitu besar. Untuk mendapat uang tambahan, Tatang dan Tati bahu-membahu menjalankan warung makan tersebut dan sesekali melatih yuniornya di TNI AD.

"Saya yang memasak, suami yang mengiris daging. Kalau saat masak tiba-tiba kurang bumbu seperti cabai, suami saya yang pergi ke Pasar Cihapit untuk membelinya," tutur Tati.

Namun, sejak suaminya divonis serangan jantung dan menjalankan operasi pemasangan ring, kegiatannya di warung berkurang. Kini, yang menjaga warung adalah anaknya yang paling besar, Pipih Djuaningsih.

Di tengah kesederhanaannya, Tatang selalu bersyukur karena mereka sekeluarga memiliki rumah, meski sederhana. Paling tidak, kondisinya masih lebih jika dibandingkan sejumlah teman seangkatannya yang menghabiskan masa pensiun di rumah kontrakan atau saudara karena tidak memiliki rumah.

Namun, siapa yang menyangka bahwa Tatang adalah salah satu penembak jitu atau sniper terbaik di dunia. Dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons (2000) yang ditulis Peter Brookesmith, Tatang masuk 14 besar dalam urutan Sniper’s Roll of Honour di dunia.

Tatang mencetak rekor 41 di bawah Philip G Morgan (5 TH SFG (A) MACV-SOG) dengan rekor 53, dan Tom Ferran (USMC) dengan rekor 41. Tatang memperoleh rekor tersebut dalam perang di Timor Timur pada 1977-1978.

Di bawah komando Letnan Kolonel Edi Sudrajat, Tatang menjadi sniper yang masuk ke jantung pertahanan musuh di daerah pertahanan lawan di Remexio, Lautem, Viqueque, Aileu, Becilau, dan Bobonaro.

"Dulu Pak Edi Sudrajat bilang ini misi rahasia, tidak boleh diungkapkan sebelum diperintahkan. Saya menyimpan ini rapat-rapat, termasuk pada istri. Namun kini, orang luar (asing) yang mengungkapkannya terlebih dahulu," ungkapnya sambil tersenyum.

Saat ini, Tatang masih tampak gagah dan bugar meski divonis mengidap gejala penyakit jantung. Sorot mata ataupun ingatannya masih sangat tajam. Itu terlihat saat Tatang menceritakan perjalanan hidupnya terutama saat masa perang di Timor Timur.


BERSAMBUNG: Kisah "Sniper" Terbaik Dunia Selamat dari Maut karena Merah-Putih (2)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com