Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ISIS Sediakan Istri bagi Bujang yang Hijrah ke Irak

Kompas.com - 14/08/2014, 12:09 WIB
SEMARANG, KOMPAS.com — Kelompok Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) tengah mendunia. Tidak sedikit warga negara Indonesia yang berbaiat kepada organisasi pimpinan Abu Bakr Al Baghdadi tersebut. Satu di antaranya adalah Rian, bukan nama sebenarnya.

Ditemui pekan lalu di Jalan Magelang, Yogyakarta, ayah satu anak tersebut mengaku siap berhijrah ke Irak atau Suriah. Bahkan, jika memiliki akses dan dana, ia akan membawa anak, serta istrinya yang saat ini tengah hamil anak kedua.

Cerita tentang ISIS sudah diketahuinya sejak organisasi tersebut masih bernama Islamic State of Iraq (ISI).

Menurut Rian, ia mendapat beragam informasi dari internet tentang ISI yang bermetamorfosis menjadi ISIS hingga menjadi Islamic State (IS) atau Daulah Islamiyah.

Rian mengungkapkan, dia memiliki rekaman video tentang IS yang tidak dipunyai sebagian besar orang. Menurut dia, video yang menunjukkan sisi positif IS tidak pernah terpublikasikan.

"Media sepertinya memang sengaja mendesain agar hanya sisi negatif Daulah saja yang berkembang. Begitu ada berita positif tentang Daulah Islamiyah, tidak berapa lama kemudian, langsung diblokir," ujar pria asal Brebes yang kini tinggal di Sleman, DIY, ini.

Berdasarkan informasi yang ia terima, IS tidaklah "sekejam" yang diberitakan. IS justru menjadikan wilayah yang dikuasainya semakin kondusif pascaperang. Berdasarkan informasi itulah, Rian dan keluarga siap hijrah ke wilayah yang telah dikuasai IS.

Daulah Islamiyah pimpinan Abu Bakr Al Baghdadi, menurut Rian, banyak berbuat hal positif. Dalam video yang disaksikannya, IS membuat anak-anak kembali tertawa, menjaga tempat ibadah umat agama lain, dan lain sebagainya.

"Bagi yang bersedia hijrah, disediakan apartemen sebagai tempat tinggal. Yang belum menikah akan disiapkan wanita agar ia segera beristri," kata dia.

Ditanya tentang kabar "pengusiran" terhadap umat yang tidak seagama dengan IS, menurut Rian, itu terlalu dibesar-besarkan.

Lulusan universitas negeri di Yogyakarta ini mengatakan, ketika IS menguasai sebuah wilayah, semua pemuka agama dan tokoh masyarakat dikumpulkan.

Pertemuan itu membicarakan aturan-aturan sesuai syariat Islam. Mereka yang menerima dan ingin tetap tinggal diberikan pilihan untuk memeluk Islam atau membayar pajak.

Jika menolak, maka mereka dipersilakan meninggalkan kota tersebut tanpa gangguan. "Terkait pajak, jika dirupiahkan, hanya Rp 2 juta per tahun. Seluruh aset, harta, dan hak-haknya dilindungi IS. Itu tidak pernah diketahui masyarakat kebanyakan di Indonesia," kata Rian.

Sebagai negara, IS memiliki struktur pemerintahan layaknya negara lain. Mereka, sambung Rian, memiliki menteri penerangan yang bertugas khusus menyebarkan propaganda sisi positif IS. Namun, propaganda positif IS, menurut Rian, selalu "dihalang-halangi".

Ia mencontohkan, begitu muncul video Abu Bakr Al Indonesiy yang mengajak Muslim di Indonesia untuk hijrah menjadi warga negara Daulah Islamiyah, pemerintah langsung merespons dengan memblokir video itu.

Hal semacam itulah yang terjadi dengan video-video propaganda positif tentang IS lainnya. "Beruntung, saya punya video tersebut sebelum diblokir. Ada juga beberapa media luar negeri yang saya kira cukup netral dalam memberitakan IS," tutur dia.

Berdasarkan video dan informasi yang dimiliki tentang IS, Rian menjawab semua persoalan yang menjadi polemik. Di antaranya adalah pertanyaan mengapa IS tidak membantu Palestina dari invasi Israel.

Rian mengatakan keyakinannya bahwa IS saat ini tengah bergerak untuk menyelamatkan Palestina. Buktinya, IS tengah masuk ke Lebanon. Dari Lebanon-lah nantinya, IS akan terus bergerak hingga Palestina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com