Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Desi Berjualan Slondok demi Biaya Sekolah Jadi Inspirasi

Kompas.com - 22/01/2014, 22:03 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis


YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Usaha Desi Priharyana (17), siswa SMKN 2 Jetis yang berjualan slondok demi membiayai sekolah ia dan adiknya, mendapat dukungan penuh dari para guru. Bahkan, kerja keras Desi agar tidak bergantung kepada orang lain ini menjadi teladan bagi adik-adik kelas Desi.

Hal itu diungkapkan Rosmy, guru sejarah SMKN 2 Jetis, kepada Kompas.com, Rabu (22/1/2014). Rosmy mengaku awalnya kaget ada siswa ke sekolah naik sepeda dengan krombong di belakang berisi slondok. Setiap berangkat dan pulang sekolah, Desi berjualan slondok untuk membantu orangtuanya dan menyekolahkan adiknya. Meski mencari uang, hebatnya, Desi tidak pernah melupakan pentingnya sekolah.

"Sering dia (Desi) datang ke kantor guru untuk menawarkan slondok, setelah mencoba, cocok," kata Rosmy.

Ia menuturkan, semua guru di SMKN 2 Jetis mendukung dengan apa yang dilakukan Desi. Semangatnya menjadi inspirasi dan patut dicontoh siswa-siswa yang lain. Bahkan, guru dan karyawan di sini sebagian besar menjadi pelanggannya.

"Saya sering beli untuk keluarga di rumah. Enak, seperti namanya 'Mak Nyuss'," paparnya.

Rosmy yang juga pelanggan slondok Mak Nyuss milik Desi mengatakan, selain renyah, slondok yang dijual muridnya juga alami tanpa zat pewarna. Selain itu, harganya juga murah, hanya Rp 7.000 per bungkus.

Digemari wisatawan

Selain guru, Desi mengaku slondok yang diberi merek Mak Nyuss miliknya juga digemari wisatawan yang datang ke Yogyakarta. Bahkan, dia juga mengaku Wakil Bupati Sleman, Yuni Setia Rahayu, pernah membeli tiga bungkus slondok darinya.

"Selain jualan, setiap berangkat dan pulang sekolah, di rumah saya juga sering dapat pesanan slondok," terang Desi yang setiap hari berjualan slondok dengan menggunakan sepeda ontel saat ditemui di sekolahnya, Rabu (22/01/2014) siang.

Desi mengungkapkan, sering kali ia mendapat pesanan slondok dari wisatawan via telepon. Kadang ada yang membeli lima sampai sepuluh bungkus. Biasanya, slondok itu dibeli wisatawan untuk oleh-oleh keluarga dan teman kerja di daerahnya.

"Ada yang dari Bogor, Bandung, dan Jakarta. Kadang ada yang tanya alamat, lalu datang ke rumah, tapi tidak tentu juga. Ini berkat nomor HP yang saya pasang di setiap bungkus slondok," katanya.

Ia menceritakan, pernah suatu hari didatangi orang jam 5 pagi hanya untuk membeli slondok. Namun, karena saat itu dia tidak memiliki stok, pembeli itu pun harus pulang dengan tangan kosong.

"Sedih Mas, harus bilang stoknya habis. Kasihan jauh-jauh tidak jadi beli slondok," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com