Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah TKW Hongkong yang Mendirikan Taman Bacaan

Kompas.com - 20/01/2014, 16:42 WIB
Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim

Penulis


KEDIRI, KOMPAS.com — Di Desa Cendono, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, terdapat sebuah taman bacaan bernama Pondok Maos Cendani. Taman bacaan ini milik Muntamah, seorang pekerja rumah tangga di Hongkong.

Hingga saat ini Muntamah masih aktif bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) di wilayah Yuen Long. Perempuan berusia 36 tahun ini mulai berangkat ke negeri bekas jajahan Inggris itu sejak masa krisis 1998 silam.

Muntamah menceritakan, saat itu dia mengadu nasib ke Hongkong karena tuntutan ekonomi. Keluarganya miskin dan sedang didera impitan utang. Sehingga, meski hanya lulusan SD, ia memberanikan diri meninggalkan Tanah Air untuk bekerja di luar negeri.

"Dulu saya sempat bekerja jadi pembantu di sana (Indonesia), upah saya hanya Rp 12.500. Makanya, saya nekat ke Hongkong. Di sini upah saya awalnya juga masih underpay, tapi sekarang sudah standar," kata Muntamah saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/1/2014).

Dari kebiasaan membeli buku

Sementara mengenai taman bacaan tersebut, Muntamah mengakui terbentuk karena tidak sengaja. Berawal dari kebiasaannya membeli buku di Hongkong, membuat koleksinya lama-kelamaan menumpuk dan memenuhi kamar Muntamah. Kebiasaannya membeli buku itu, menurutnya, adalah sebagai bagian dari "balas dendam". Membaca buku yang dibelinya sendiri, menurutnya, adalah hal yang mustahil dilakukannya sewaktu masih hidup susah.

"Dulu waktu kecil, untuk memuaskan hasrat membaca, saya pinjam buku dari teman-teman. Bahkan kadang saya bisa baca, ya, karena baca sobekan kertas bekas bungkus cabai atau bungkus lainnya," kenang Muntamah.

Dari niat yang juga diteguhkan oleh dorongan teman-temannya itu, akhirnya koleksi buku tersebut sedikit demi sedikit dikirimkan ke Tanah Air. Buku itu dikumpulkan di rumah orangtuanya di Desa Cendono. Setelah dikira bukunya cukup banyak, akhirnya Muntamah mendirikan taman bacaan.

Muntamah beranggapan bahwa masyarakat di daerahnya malas membaca buku bukan karena rendahnya minat baca, melainkan keterbatasan buku bacaan. Ia meyakini semakin banyak bacaan yang beredar, akan turut meningkatkan derajat hidup masyarakat.

"Saya kira buku ini akan membawa manfaat bagi orang lain. Saya tidak ingin mereka merasakan pahitnya hidup seperti yang saya alami dulu," kata sulung dari dua bersaudara ini.

Rumah orangtuanya itu mulai direnovasi dan didesain untuk taman bacaan. Sepeninggal kedua orangtuanya, rumah sederhana itu sekarang difungsikan sepenuhnya untuk taman bacaan Pondok Maos Cendani (PMC). Pertengahan Januari lalu, PMC merayakan ulang tahunnya yang kedua.

"Semoga rumah itu juga menjadi tabungan amal bagi kedua orangtua saya," harap putri pasangan almarhum Markatab dan almarhumah Tumir ini.

4.000 koleksi buku

Koleksi buku di PMC jumlahnya terus mengalami perkembangan. Banyak rekan sesama buruh migran maupun donatur lainnya turut menyumbang buku. Sedangkan pengelolaan taman bacaan dipegang oleh para relawan yang berasal dari mahasiswa, pelajar, serta pegiat taman bacaan.

Ayu Fikriyah, salah seorang pengelola PMC, menuturkan, hingga kini jumlah koleksi buku mencapai 4.000 buah dari beragam jenis buku. Menurutnya, antusiasme warga, anak-anak, dan orang dewasa terhadap taman bacaan juga cukup tinggi.

"Bagi orang dewasa, buku yang paling sering dipinjam adalah buku cerita pewayangan. Bahkan sampai harus mengantre," kata Ayu.

Taman bacaan itu tak melulu berhubungan dengan buku. Secara berkala, pengelola juga menggelar berbagai kegiatan, di antaranya festival dolanan anak, apresiasi sastra, hingga panggung hiburan untuk stand up comedy. Kehadiran taman bacaan itu telah memotong beberapa mata rantai masalah klise dalam hal peningkatan minat baca, yakni masalah jarak. Perpustakaan terdekat dari desa itu berjarak sekitar 15 kilometer. Perpustakaan tersebut milik pemerintah yang berlokasi di tengah kota.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com