Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Rimba Terdesak Sawit

Kompas.com - 03/10/2012, 20:21 WIB
Nasrullah Nara

Penulis

JAMBI,KOMPAS.com — Kehidupan ratusan warga Suku Anak Dalam (SAD) yang mendiami pedalaman Provinsi Jambi makin terdesak perkebunan sawit. Lokasi berburu dan satwa buruan mereka terus menciut menyusul alih fungsi lahan hutan menjadi kawasan perkebunan sawit. Perlu penanganan serius dalam pemenuhan kebutuhan dasar mereka.

Demikian pantauan Kompas saat mengunjungi sejumlah lokasi sebaran komunitas SAD di Kabupaten Merangin dan Kabupaten Sarolangun, Rabu (3/10). Dua kabupaten tersebut merupakan sentra sebaran utama komunitas SAD di Provinsi Jambi di samping Kabupaten Tebo, Bungo, dan Batanghari.

"Hutan rimba yang selama ini menjadi tempat kami berburu babi dan kijang terus berkurang karena berubah jadi lahan sawit. Hewan buruan tidak suka hidup di alam yang sudah digarap apalagi jika tegakan pepohonan berubah dari beragam menjadi seragam," ujar Tumenggung Peneto (55), pemimpin salah satu komunitas SAD di Kecamatan Pamenang Selatan, Kabupaten Merangin.

Tumenggung adalah gelar atau sebutan untuk kepala komunitas SAD. Hal senada dikemukakan Tumenggung Syargawi (51) di Kecamatan Bathin VIII, Kabupaten Sarolangun.

"Kami harus berburu sampai lintas kabupaten sejauh 60 kilometer untuk mendapatkan seekor babi atau kijang. Itu pun harus membuang waktu tiga sampai tujuh hari," papar Syargawi.

Seekor babi atau kijang biasanya dijual Rp 50.000 ekor atau dikonsumsi untuk kalangan sendiri. Biasanya dalam sehari orang Rimba bisa mendapatkan kijang atau babi hutan dengan cara ditembak menggunakan senapan rakitan sendiri. Atas keterdesakan itu, Tumenggung Mansyur (52) yang ditemui di Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, berharap pemerintah menyediakan lahan bagi SAD agar mereka bisa bercocok tanam sebagai alternatif dari aktivitas berburu.

Apalagi, sebagian warga SAD sudah mulai mencoba untuk berdiam menetap. Sesuai ajakan pemerintah dan target pembangunan milenium (MDGs), mereka mencoba menetap di sebuah lahan dengan menempati rumah yang dibangun dengan bantuan pemerintah dan biaya dari warga itu sendiri.

Terkait dengan pemenuhan hak dasar, Program Nasional Pembangunan Masyarakat (PNPM) Peduli mencoba mengatasi permasalahan mereka melalui layanan pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi. Setiap pemimpin (tumenggung) komunitas SAD menaungi 9-10 keluarga.

Setiap keluarga rata-rata terdiri atas 6-10 orang. Di Provinsi Jambi tercatat sekitar 3.900 jiwa. Komunitas SAD menjadi bagian dari 3 juta jiwa penduduk Provinsi Jambi.

Sumatera Sustainable Support merupakan fasilitator PNPM Peduli dalam memenuhi kebutuhan dasar SAD di Jambi dan sebagian Sumatera Barat. Lembaga ini berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah dalam memberdayakan komunitas SAD.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com