BOGOR, KOMPAS.com - Institut Pertanian Bogor (IPB) University buka suara terkait dugaan kelalaian yang menyebabkan seorang mahasiswa bernama Galang Edhy Swasono (20) tewas usai dilaporkan hilang di Pulau Sempu, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (27/12/2023).
Galang ditemukan oleh nelayan dalam keadaan meninggal dunia di kawasan Teluk Semut, pada Jumat (29/12/2023) pagi.
Baca juga: Mahasiswa IPB Ditemukan Tewas di Pulau Sempu Diduga Tersesat, Ponsel Drop Saat Ekspedisi
Kepala Biro Komunikasi IPB Yatri Indah Kusumastuti menjelaskan, mulanya Galang mengikuti kegiatan ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan (Surili) di Cagar Alam (CA) Pulau Sempu sejak Senin (18/12/2023) hingga Selasa (2/1/2024).
Galang adalah mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova).
"Perlu diketahui bahwa kegiatan ekspedisi Surili bukan kegiatan akademik, tetapi kegiatan kemahasiswaan dari salah satu Himpunan Profesi Mahasiswa," ujar Yatri saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (30/12/2023).
Himakova adalah sebuah organisasi profesi yang berada di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University.
Baca juga: Galang, Mahasiswa IPB yang Ditemukan Tewas Saat Penelitian di Pulau Sempu adalah Ketua Tim
Selama kegiatan ekspedisi itu, pimpinan departemen KSHE sudah memberikan pengarahan kepada mahasiswa mengenai standar prosedur keamanan.
Mereka juga didampingi petugas Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jawa Timur dan diberi pemahaman lokasi secara memadai.
Dengan demikian, dugaan kelalaian yang menyebabkan mahasiswa tersebut tersesat dan berujung meninggal dunia bukan karena tidak didampingi dari pihak IPB.
"Departemen KSHE (IPB) melakukan beberapa kali pertemuan koordinasi dengan BKSDA Jawa Timur dan meminta pendampingan bagi para mahasiswa. Oleh karenanya, BKSDA menugaskan dua orang stafnya sebagai pendamping kegiatan ekspedisi ini," ucapnya.
Dia menyebut, pimpinan departemen telah memberikan perhatian persiapan sambil memonitoring pelaksanaannya.
Kegiatan ekspedisi tahunan ini sudah berlangsung secara konsisten selama 15 tahun terakhir, kecuali saat pandemi covid melanda.
Baca juga: Kronologi Mahasiswa IPB Hilang di Pulau Sempu Malang, Tim Gabungan Sisir Jalur Darat dan Laut
Tim ekspedisi yang diikuti oleh 28 orang mahasiswa ini mulai memasuki kawasan Cagar Alam itu pada Kamis (21/12/2023), dengan persiapan yang matang dan sudah memperoleh pemahaman lokasi secara memadai.
Tim ekspedisi terbagi dalam enam kelompok yaitu kelompok pemerhati mamalia sebanyak tiga orang, pemerhati burung sebanyak tiga orang, pemerhati herpetofauna sebanyak tiga orang.
Lalu, pemerhati kupu-kupu sebanyak empat orang, pemerhati flora sebanyak tujuh orang, pemerhati goa sebanyak empat orang dan FOKA (Fotografi Konservasi) sebanyak empat orang.
Hal ini dimaksudkan agar setiap kegiatan ekspedisi keluar (daerah) harus dilakukan bersama kelompok dari setiap penelitian.
"Adapun mengenai HP, yang merupakan barang pribadi adalah urusan masing-masing. Saat keluar dari basecamp almarhum tidak membawa HP kemungkinan terlupa atau tertinggal," ujarnya
Menurutnya, aspek keselamatan selalu diutamakan dalam kegiatan ekspedisi tersebut.
Baca juga: IPB Jelaskan Kronologi Mahasiswanya Hilang di Pulau Sempu Malang
Maka dari tahap awal perencanaan sampai pelaksanaan sudah disiapkan aspek safety mulai dari peralatan komunikasi dan navigasi.
Navigasi disepakati dengan GPS yang terintegrasi di dalam handphone masing-masing.
Sejak mulai kegiatan pada Kamis, semuanya berjalan normal dan lancar dengan aktivitas masing-masing sesuai kelompok pemerhati.
Galang masuk dalam kelompok pemerhati herpetofauna. Ia kemudian melanjutkan pengamatan di satu titik sekitar 400 meter dari basecamp Telogo Lele dengan membawa alat kelengkapan pengamatan namun tidak membawa handphone.
Baca juga: IPB Berduka Atas Wafatnya Mahasiswa Peserta Ekspedisi Surili
Pada saat jam makan siang, Galang seyogyanya harus kembali ke basecamp sesuai dengan kesepakatan bersama.
Namun, ia justru tidak kembali ke basecamp tersebut.
Saat itu, jalur pengamatan pun sudah dibatasi 400 meter atau letak dan lokasi dari jalur risetnya ditentukan oleh tim personel departemen KSHE.
"Dosen tidak ikut, tapi sudah dirancang petugas on time day to day di lokasi dan dampingi senior atau lulusan Departemen KSHE yang juga ikut dalam tim. Semua aspek safety sebetulnya sudah disiapkan oleh pimpinan departemen KSHE," jelas Yatri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.