GORONTALO, KOMPAS.com - Konflik kepentingan pengelolaan tambang emas di Kabupaten Pohuwato menegaskan adanya kekayaan alam yang sangat besar di Provinsi Gorontalo.
Bahkan masyarakat lokal sudah lama memiliki keterampilan untuk menambang emas, mereka sangat familiar dengan urat bijih emas yang menempel di batuan, dan mampu membedakan dengan logam lainnya.
Logam mulia ini sejak dulu menjadi incaran Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), bahkan Kongsi dagang Belanda ini melakukan penguasaan terhadap kekuasaan raja-raja di Gorontalo.
Hasilnya, berton-ton emas dari Gorontalo dibawa keluar, bahkan saat VOC sudah bubar dilanjutkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Baca juga: Warga Serbu Pantai Buhu Jaya Gorontalo Setelah Nelayan Temukan Butiran Emas
Kisah penambangan emas berkualitas dari Gorontalo ini tidak berhenti saat bangsa Belanda hengkang dari Nusantara.
Perubahan zaman terus bergulir, menghadirkan pemain baru untuk menambang logam mulia ini, sementara aktivitas masyarakat penambang terus berjalan, termasuk menggunakan alat berat.
Hasanuddin Anwar, seorang peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Retno Sekarningrum dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVII yang melakukan riset sejarah menjelaskan Gorontalo memiliki peran strategis dalam dinamika perdagangan emas pada abad 18 hingga 19, tulisan mereka dimuat dalam jurnal Handep yang berjudul dinamika perdagangan emas dan budak di Gorontalo abad XVIII-XIX.
Melalui wawancara dengan periset sejarah ini, kedua peneliti menjelaskan dinamika perdagangan emas di Gorontalo terjadi melalui monopoli yang dijalankan oleh VOC dan kemudian beralih ke pemerintah Hindia Belanda.
“Monopoli tersebut kemudian berdampak pada aktivitas para pedagang lokal seperti Bugis dan Mandar di kawasan Teluk Tomini dan Laut Sulawesi,” kata Hasanuddin saat dihubungi, Jumat (22/9/2023).
Baca juga: Seorang Penambang Emas Ilegal di Kuansing Riau Tewas Tertimbun Longsor
Menurut Hasanuddin, emas merupakan andalan utama perdagangan Gorontalo dengan daerah-daerah lainnya di wilayah timur Indonesia.
Hal ini karena posisi Gorontalo dalam jalur pelayaran dan perniagaan cukup strategis, karena berbatasan dengan Kalimantan di bagian barat, kepulauan Maluku khususnya Ternate di bagian timur, kepulauan Sulu (wilayah Filipina) di bagian utara, dan Makassar di bagian selatan.
Gorontalo juga diapit oleh wilayah perairan yang strategis untuk aktivitas pelayaran, yakni Laut Sulawesi di utara, Teluk Tomini di selatan, dan Selat Makassar di barat.
“Tak heran jika pada masa lalu Gorontalo menjadi salah satu lokasi yang banyak disinggahi oleh kapal-kapal dagang, baik pedagang lokal maupun pedagang asing lainnya,” ucap Hasanuddin.
Gubernur VOC di Maluku Robertus Padtbrugge mendapat perintah dari Gubernur Jenderal VOC di Batavia Joan Maetsuyker untuk mengunjungi Gorontalo.
Padtbrugge tiba di Kwandang pada 25 September 1677 yang setelah itu mengikat kerajaan Limboto dan Gorontalo, di sinilah awal campur tangan VOC dala mengatur ekonomi dan politik kerajaan di Gorontalo.
“Pada tahun 1683, VOC mewajibkan Raja untuk menyetorkan emas dalam bentuk batangan sebanyak dua kati setiap tahunnya. Penyetoran emas ini pertama kali dilakukan melalui seorang utusan bernama Mayuda. Dari penyetoran pertama tersebut, pejabat VOC langsung menyadari bahwa produksi emas dari Gorontalo mempunyai kadar karat tinggi,” tutur Hasanuddin.
Mengetahui kualitas emas Gorontalo, Mayuda diperintahkan berangkat ke Ternate menghadap Gubernur Maluku Jacobs Langs.
Mayuda juga diperintahkan Langs menghadap Joan Maaetsuyker Gubernur Jenderal VOC di Batavia.
VOC terus menekan Kerajaan Gorontalo dan Limboto untuk mengatur penyerahan emas, juga terus membarui dan membuat perjanjian dengan raja-raja Gorontalo demi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
VOC bahkan memperluas loji di Gorontalo dengan menempatkan seorang wakilnya, mendirikan kantor dagang (factorij), gudang penyimpanan barang (packhuis), dan membangun benteng-benteng, Benteng Nassau didirikan pada 1746 di muara Sungai Gorontalo dan Benteng Leiden didirikan pada 1765 di Kwandang.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.