KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia akan membangun gudang stok pangan dan infrastruktur lainnya untuk mengatasi bencana kelaparan yang menimpa warga di dua distrik di Provinsi Papua Tengah.
Pengamat meminta pemerintah mengembalikan "pola pertanian era Soeharto" agar bencana kelaparan tidak terulang lagi di Tanah Papua.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan pemerintah akan membangun gudang stok pangan dan beberapa infrastuktur lainnya untuk mengatasi kelaparan di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi.
Pembangunan infrastruktur itu akan ditunjang dengan transfer teknologi yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah makanan lokal, terutama umbi-umbian, yang merupakan bahan pokok bagi masyarakat pegunungan.
Baca juga: Geram Ada Pejabat yang Coba Tutupi Kelaparan di Papua Tengah, Menko PMK: Ini Mentolo
“Kita harapkan dia bisa menyetok sehingga nanti dia bisa membangun ketahanan pangan diri sendiri, kita hanya menyiapkan infrastrukturnya misalnya gudang,” kata Muhadjir.
Pengamat pertanian dari Universitas Papua, Mulyadi mengatakan langkah yang ditempuh pemerintah itu sudah bagus, tapi dia menekankan pola pertanian di Papua perlu diperbaiki agar bencana yang kerap terulang ini tidak lagi terjadi.
Mulyadi juga meminta pemerintah melibatkan banyak peneliti lokal Papua jika benar-benar ingin melakukan transfer teknologi.
“Mereka yang lebih tahu tentang kondisi di Papua. Selama ini kan peneliti banyak dari luar, misalnya dari IPB, dari UGM, yang masuk ke Papua,” kata Mulyadi kepada BBC News Indonesia, Jumat (11/08).
Baca juga: Menko PMK Ungkap Mahalnya Pengiriman Logistik ke Papua Tengah jika Pakai Jalur Udara
Yang terjadi di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi bukan bencana kelaparan pertama di Papua.
Pada Agustus 2022, ratusan warga di pegunungan Kabupaten Lanny Jaya menderita kelaparan dan tiga orang meninggal dunia.
Penyebabnya sama, gagal panen yang terjadi akibat cuaca dingin saat musim kekeringan.
Selain membangun gudang stok pangan, untuk jangka menengah, pemerintah juga memutuskan memperpanjang landasan pacu Bandara Sinak agar pesawat-pesawat berbadan besar yang membawa logistik bisa mendarat di bandara terdekat dari lokasi bencana.
Pemerintah juga akan membangun infrastruktur jalan dari Jayapura-Wamena hingga ke Sinak untuk memudahkan akses.
Saat ini bandara yang bisa diakses dengan pesawat besar, yang terdekat dengan Agandugume dan Sinak, adalah Bandara Timika. Muhadjir mengatakan satu kali penerbangan dari Timika ke dua distrik itu bisa menelan biaya Rp 35 juta.
Baca juga: Cegah Kelaparan di Papua Tengah, Pemerintah Teliti Varietas Umbi-umbian
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.