YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut setelah pandemi Covid-19 pasokan sampah ke pembuangan akhir sampah (TPA) Piyungan, Bantul, mencapai 850 ton per hari.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY, Kuncoro Cahyo Aji mengatakan, sampah yang masuk ke TPA Piyungan secara umum dari Sleman, Kota Yogyakarta, dan Bantul. Pemerintah DIY berencana akan membatasi sampah yang masuk ke TPA Piyungan.
"Sekarang itu rata-rata setelah Covid selesai itu di TPA Piyungan masuk 850 ton per hari. Nanti akan kita batasi 600 ton per hari," kata Kuncoro kepada wartawan di Pantai Baros, Kabupaten Bantul, Kamis (8/6/2023).
Baca juga: Kanal di Mamuju Dipenuhi Sampah Sepanjang 500 Meter, Warga Keluhkan Bau Tak Sedap
Dikatakannya, jika nantinya dibatasi maka akan ada sisa 250 ton sampah. Sampah itu akan dikelola dari tingkat hulu. Dia mengatakan DLH DIY sudah menyiapkan 9 Kalurahan untuk mengelola sampah secara mandiri.
Sembilan desa ini, menerapkan 3R yakni Reduce, Reuse, Recycle atau Mengurangi, Menggunakan ulang, dan Mendaur ulang sampah.
"Nanti akan ada 250 ton per hari yang harus dikelola di hulu. Itu yang harus kita persiapkan, tahun ini. Kita cadangkan 11 tapi ya minimal harus jadi 9 desa percontohan mandiri kelola sampah," kata Kuncoro
"Ini yang harus kita dorong. Karena di 9 desa itu sudah tersedia TPS 3R. Logikanya satu desa ada dua TPS 3R-nya, desa harus bersih sampah," kata dia.
Dia pun tidak dapat memastikan berapa lama TPA Piyungan mampu menampung sampah. Menurutnya, hal tersebut tidak bisa dihitung secara matematis, karena tergantung pada iklim. Selain itu pemadatan, pengurangan depresi dari sampah turun, metode penataannya juga mempengaruhi umur TPA piyungan.
Dia juga mengatakan bahwa ke depan akan ada kerja sama antara pemerintah dengan Badan Usaha (KBPU). Sehingga pemanfaatan sampah diolah secara teknologi.
Lebih lanjut, dia juga terus melakukan pemantauan terhadap limbah lindi yang sering dikeluhkan masyarakat. Dia mengatakan jika ada aliran air lindi, pihaknya langsung melakukan penanggulangan.
"Hanya air lindi juga sangat tergantung dengan alam. Juga tidak secara matematis bisa kita prediksi. Saat hujan lebat kemudian posisi sampah juga belum padat betul air lindinya mengalir terus. Tapi selalu ada upaya untuk menyelamatkan air lindi tidak kemana-mana," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.