BIMA, KOMPAS.com - Fenomena retakan tanah di Dusun Muku, Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), terus meluas.
Akibatnya, sejumlah warga yang terdampak terpaksa mengungsi ke rumah keluarga dan kerabatnya.
Baca juga: Ada Retakan Tanah di Kebun Kopi Desa Sidomulyo Jember, Berpotensi Longsor ke Jalur KA
Pantauan Kompas.com di lokasi, retakan tanah ini menyebar di sejumlah titik dengan lebar dan kedalaman bervariasi. Lokasi retakan juga diberi garis polisi agar warga tak masuk ke area tersebut.
Retakan cukup parah terjadi di lereng gunung Rengge Ama Baka. Permukaan tanah patah hingga membentuk tebing baru setinggi kurang lebih delapan meter.
Baca juga: PVMBG Imbau Masyarakat Waspadai Potensi Retakan Tanah Pasca-gempa NTT
Fenomena ini masih terus berlangsung. Warga dari berbagai wilayah juga terus berdatangan untuk melihat langsung kejadian itu.
"Getaran tanah ini masih terus terjadi, kalau setiap hari pasti ada perubahannya," kata Muliyadin, salah seorang warga terdampak di Dusun Muku, Rabu (7/6/2023).
Muliyadin mengatakan, awalnya tidak begitu khawatir dengan adanya retakan tanah di sekitar rumahnya.
Namun, karena terus berlangsung dan meluas setiap saat, ia bersama istri dan tiga orang anaknya kini berencana untuk mengungsi ke rumah orangtuanya.
Dia berharap pemerintah daerah segera menyikapi persoalan tersebut dengan mendatangkan ahli untuk melakukan penelitian. Sehingga penyebab terjadinya retakan tanah bisa diketahui.
Jika nantinya area dinyatakan tidak layak ditempati karena berbahaya, ia bersama keluarga siap pindah rumah asalkan ada bantuan lahan kosong dari pemerintah daerah.
"Kalau ada bantuan lahan mungkin bisa disiapkan untuk kita. Karena kita ini tiap hari tidak bisa tidur, takut karena tetap ada retakan," jelasnya.
Baca juga: 13 Laptop Hilang, Ujian ANBK SMPN Reroroja Sikka Numpang di Sekolah Lain
Sementara itu, Sidiq, salah seorang warga yang rumahnya ambruk akibat retakan tanah itu mengaku, ia bersama sang istri menetap di rumah saudara yang letaknya masih satu dusun.
Menurut dia, kondisi rumahnya sudah tidak layak ditempati dan sangat membahayakan.
Sidiq berharap, berharap ada bantuan penanggulangan dari pemerintah daerah.
"Bantuan dalam bentuk apa nanti tergantung pemerintah. Saat ini kita tetap dibantu untuk kebutuhan logistik saja," kata Sidiq.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.