SALATIGA, KOMPAS.com - Batik yang selama ini digunakan sebagai sandangan, ternyata juga bisa digunakan sebagai produk maupun kultur sebagai media penyampai pesan.
Dalam pameran bertajuk Soramata Exhibition di Kebun Kopi Bintang Kota Salatiga Jawa Tengah yang dihelat Sabtu-Senin (3-5/6/2023) puluhan karya batik 'berpesan' dari komunitas Soramata dipamerkan.
Founder Soramata, Titi Permata mengatakan, batik merupakan salah satu warisan budaya leluhur bangsa Indonesia yang telah diturunkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
Baca juga: Libur Panjang di Gunungkidul, Bisa Nonton Pameran Batik di Pantai Sepanjang
"Karena sejarahnya yang panjang dan telah melekat pada masyarakat Indonesia sejak zaman kerajaan sampai dengan zaman modern, batik menjadi warisan budaya lisan tak benda yang diakui secara resmi oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009," jelasnya di sela pembukaan pameran, Sabtu (3/6/2023).
Menurut Titi, desain dalam batik Soramata telah melalui riset dan observasi. "Keseluruhan desain motif menceritakan tentang flora dan fauna yang menjadi isu lingkungan dalam proses observasi di Maluku Utara (2014-2019) dan enang komponen abiotik hasil pengalaman dalam menjalankan program lingkungan hidup di Salatiga dan Indonesia (2006-2023)," jelasnya.
Desain tersebut antara lain terdiri dari Kasturi Ternate versi 1 dan 2, Menjaring Madu, Wari Ino, Hutan Halmahera, Hiu Black Tip, Malutcarita (rangkaian 8 cerita), Ranupatma, Jasmine & Pink Rose. Selanjutnya, Soramataair, Gajah Soramata, dan Free Style of Selampai. "Sementara desain motif dasar tenun khas Soramata adalah O Tikara dan Hiu," paparnya.
"Proses produksi antara 2018 hingga 2020 produksi batik tulis dibandingkan batik printing dengan pewarna sintetik 1:100 lembar. Perbandingan ini menyesuaikan dengan kecepatan produksi, kebutuhan," kata Titi.
Titi mengatakan memilih batik sebagai alat penyampai pesan tentang isu lingkungan yang diusung Komunitas Soramata karena sebagai jembatan bergerak yang tidak galak, tetapi lebih ramah, lentur, bisa menyejukkan, menghangatkan maupun melindungi tubuh dan pemikiran.
Dia menilai batik sebagai suatu warisan budaya juga tidak lepas dari perubahan dari waktu ke waktu.
Baca juga: 9 Alat dan Bahan Membuat Batik Tulis
Sejak abad ke-7 Masehi, batik telah digunakan sebagai lambang status sosial, simbol keanggotaan suku, dan tanda penghormatan kepada dewa-dewi dalam agama Hindu dan Buddha.
Kemudian abad 9, batik sudah dikenal luas di Jawa. Pada zaman kerajaan Majapahit, abad ke-13 hingga ke-16, batik digunakan oleh bangsawan dan keluarga kerajaan.
"Lalu pada masa penjajahan Belanda abad ke-17 batik mengalami modernisasi dari segi produksi di mana mulai dikenalkan parafin untuk menggantikan malam yang alami dan mulai di pasarkan ke Eropa. "Sampai saat ini, batik menjadi komoditas yang inklusif dan bisa dipakai oleh semua orang," kata Titi.
Pameran yang berlangsung tiga hari ini dimeriahkan workshop batik Soramata, Eco Enzym Salatiga, fashion show, penanaman pohon dan bersih sungai.
Selain itu ada penampilan teater Latar Kalitan, Keroncong Pemuda Kekinian, Ucup The Rebel Project, Sendjalatiga, Stone Dust, Maju Makmur, Black Swan, serta Racau.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.