MALANG, KOMPAS.com - Puluhan keluarga korban tragedi Kanjuruhan melakukan aksi di pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Kecamatan Kepanjen, Malang, Jawa Timur, Sabtu (3/6/2023).
Keluarga korban menolak rencana pembongkaran Stadion Kanjuruhan. Mereka meminta agar bekas kandang Arema FC itu dijadikan sebagai monumen tragedi 1 Oktober 2022, yang menewaskan 135 supporter Aremania.
Suasana haru menghiasi aksi tersebut. Tampak keluarga para korban menangis atas hilangnya nyawa saudara mereka. Mereka juga menempelkan foto 135 korban.
Baca juga: Aremania dan Keluarga Korban Buat Petisi Tolak Renovasi Stadion Kanjuruhan
"Biar keturunan kita tahu, bahwa pernah terjadi tragedi maut di dunia persepakbolaan Indonesia," ungkap Isatus Saadah (25), kakak dari korban tragedi Kanjuruhan asal Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Wildan Ramadhani (16).
Menurutnya, dengan membongkar Stadion Kanjuruhan berartu menghancurkan kenangan atas saudara dan para korban lainnya.
Baca juga: Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan: Keputusan FIFA Mewakili Perasaan Kami
Hal senada diungkapkan Rini Hanifah (37), ibu dari salah satu korban Tragedi Kanjuruhan, Agus Riansyah (20).
Menurutnya, Stadion Kanjuruhan itu adalah saksi bisu atas tragedi itu. Menurutnya, massih ada ketidakadilan yang tersisa bagi para korban yang tewas.
"Kalau dibongkar, bagaimana nasib anak-anak kami, yang telah mendukung klub Arema ini, sementara tidak ada keadilan bagi mereka," jelasnya.
Rini menegaskan, para korban saat itu hanya untuk menonton pertandingan Arema. Tak ada niat membuat kerusuhan atau tindakan kriminal.
"Kenapa langsung dibantai? Apa salah mereka?" tegasnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.