NAGAKEO, KOMPAS.com- Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco menyatakan pemerintah berkomitmen melanjutkan pembangunan fisik bandara Surabaya II di Desa Tonggorambang, Kecamatan Asesa.
Komitmen tersebut diungkapkan setelah adanya kajian penunjukan lokasi (Penlok) II oleh Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappelitbang) Kabupaten Nagekeo.
Baca juga: Pembangunan Bandara Surabaya II di Nagekeo NTT Terkendala Penentuan Lokasi
"Kita pada prinsipnya berkeinginan landasan ini difungsikan kembali, selanjutnya memang butuh kajian dan studi lebih lanjut," ungkap Bupati Don saat dihubungi usai meninjau lokasi Bandara Surabaya II bersama Dandim 1625 Ngada Letkol Czi Deny Wahyu Setiawan, Kamis, (1/6/2023).
Kajian yang Penlok ll dilakukan Pemda pada 2021 lalu, kata Bupati, merupakan upaya dari Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo untuk melakukan perbaikan terhadap kekeliruan yang sudah dilakukan sebelumnya.
Yakni melakukan kajian di atas tanah yang berstatus bukan milik Pemda Nagekeo
Melihat potensi luas lahan dan lokasi Bandara Surabaya ll, Bupati Don berharap bandara bisa dikembangkan tidak hanya untuk kebutuhan komersil maupun pertahanan.
Baca juga: Polemik Penetapan Lokasi Bandara Surabaya II Mbay Nagekeo, Pemda Pastikan Lahan Sudah Bersertifikat
Pemerintah bersama TNI, kata dia, bisa berkolaborasi membangun bandara dengan cakupan runway (landasan) yang lebih luas untuk kepentingan layanan penanganan tanggap darurat bencana. Sebab, wilayahnya termasuk dalam zona rawan gempa.
Dandim 1625 Ngada Letkol Czi Deny Wahyu Setiawan menyampaikan tinjauan lokasi bersama perwakilan TNI AU dan Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo tersebut menegaskan bahwa lokasi yang telah dikaji sudah memenuhi persyaratan.
Sehingga dinilai layak untuk sebuah bandara baik dari segi kesiapan lahan maupun kesiapan teknis lain.
Setelah melakukan tinjauan lokasi, pihaknya akan menyampaikan ke tiga kementerian (Kemenhub, Kemenhan, dan Kemenkeu) untuk kajian demi kepentingan pembangunan fisiknya.
"Sementara ini Pemda hanya melakukan kajian lokasi yang dibutuhkan itu sekian, tapi untuk kelayakan tanah perlu dikaji ulang lebih mendalam tiga kementerian," jelas Deny.
TNI Angkatan Darat, ujar Deny, pada prinsipnya, mendukung pembagunan bandara di bekas bandara peninggalan Jepang sebagaimana kajian yang dilakukan Bappelitbangda Nagekeo, sebab lokasinya strategis dan ideal.
Menurutnya, ada kesepahaman soal penlok, antara Penlok 1 tahun 2011 dengan Penlok 2 tahun 2021.
Sebab, hampir 70-80 prersen Penlok 1 berada di tanah TNI, termasuk landasan pacu utama berada di atas tanah TNI. Sedangkan fasilitas pendukungnya seperti taxiway berada di tanah warga.
Sementara itu, Penlok 2 tahun 2021 berada di tanah Pemda Nagekeo, sedangkan, sarana pendukungnya berada di tanah TNI, sehingga, pihak TNI mendukung Pemda Nagekeo untuk membangun bandara sesuai dengan Penlok 2.
"Kunjungan bersama Bupati Nagekeo ini mau memastikan bahwa betul Penlok ini tidak di atas tanah TNI. Untuk main runway, sudah nyata di tanah Pemda, namun kita perlu melihat secara nyata Penlok ll untuk memastikan bahwa ini tidak di atas tanah TNI," ungkapnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.