Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/06/2023, 15:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

NALAR dan logika kacau gara-gara mendengar kabar yang diungkap akun TikTok @mazzini_gsp yang menyebut bahwa gadis usia 15 tahun di Sulteng jadi korban pemerkosaan 11 orang pria.

Lebih menjengkelkan lagi karena di antara pelakunya ada guru, anggota Brimob inisial HST dan Kepala Desa inisial HS.

Seperti disampaikan Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait yang juga menyoroti kasus gang rape atau kekerasan seksual massal yang dilakukan sebelas orang terhadap seorang remaja putri berusia 15 tahun di Parigi Moutong (Parimo) Sulawesi Tengah.

Tentu saja berita lantas menjadi viral, apalagi menurut kabar yang beredar di media, korban yang merupakan gadis Poso tersebut berangkat menjadi relawan banjir bandang di Desa Torue, Kecamatan Torue, Parimo, pada 2022 lalu.

Ingin menjadi relawan justru menjadi korban, karena di sanalah korban bertemu para pelaku. Seolah masuk ke dalam sarang macan dan segala dedemit yang keluar dari kotak Pandora.

Lebih fatal lagi karena kasus kejahatan pemerkosaan tersebut tidak hanya terjadi sekali saja, namun dialami korban secara berulang selama sepuluh bulan, sejak April 2022 hingga Januari 2023, di tempat yang berbeda dan dilakukan terhadap korban oleh pelaku yang berbeda.

Kasus ini terungkap setelah korban pulang ke Parimo dan menceritakan peristiwa pilu yang ia alami kepada ibunya yang sedang menjadi asisten rumah tangga di Jakarta. Bagaimana ia bisa pulang juga menjadi misteri tersendiri, dalam situasi ia dikelilingi oleh 11 orang pelaku.

Rasanya sulit berada di posisi si korban, apalagi ia gadis di bawah umur yang datang sendiri ke daerah orang lain dalam situasi bencana. Mengapa ia tak melaporkan kasus yang menimpanya? Mengapa durasinya kasusnya begitu panjang?

Apakah ada drama di dalamnya, di mana korban berada dalam situasi sulit untuk keluar dari area bencana untuk meloloskan diri? Apalagi pelaku pemerkosaan itu ada sebelas orang dan mereka seharusnya melindunginya, bukan merusaknya.

Apakah ia diancam sehingga sulit keluar ataukah jika bisa keluar ia dicokok kembali karena khawatir korban akan melaporkan kekerasan yang diterimanya.

Jika benar, maka betapa malangnya gadis muda itu, masuk kedalam sarang penjahat dan tak bisa meloloskan diri dan tak bisa meminta bantuan.

Kekerasan yang diterimanya itu berdampak pada korban begitu parah. Perlakuan bejat yang tidak manusiawi menyebabkan korban mengalami gangguan reproduksi hingga terancam menjalani operasi angkat rahim.

Saat ini mengalami insersasi akut di rahim dan ada tumor. Korban saat ini mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit di Palu karena mengelukan rasa sakit di bagian perut dan kemaluan korban.

Peristiwa itu mengingatkan dengan kasus kekerasan gang rape-perkosaan massal yang dilakukan oleh enam orang terhadap seorang gadis berusia 15 tahun di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah pada Desember 2022.

Peristiwa yang menjadi ironi dalam upaya kita mendorong hak-hak para korban mendapatkan keadilan, karena awalnya berusaha diselesaikan menempuh jalur keadilan restoratif (resotarive justice), yang mencederai rasa keadilan.

Peristiwa lainnya yang tak kalah miris, kasus pemerkosaan gadis 14 tahun oleh 20 orang di Bandung yang viral di media sosial.

Disebutkan bahwa awalnya sang gadis dicekoki miras oleh pria kenalannya di media sosial. Setelah itu sang gadis diculik dan diperkosa beramai-ramai lalu disekap dan dijual sebagai PSK.

Peristiwa itu juga mengingatkan kita dengan Tragedi Miryang, peristiwa pemerkosaan massal yang tragis dan paling menyita perhatian publik tahun 2004 yang menimpa Choi (14 tahun).

Sebagai pembelajaran penting bagi publik, kisah Miryang Gang Rape ini kemudian diangkat dalam film Hang Gong Ju (2013).

Film itu berkisah tentang gadis remaja (Gong Ju), korban pelecehan seksual yang tengah mencari sekolah baru. Remaja itu berusaha bangkit dan beradaptasi dengan teman-teman barunya, namun justru mendapat persekusi dan dituduh sebagai victim blaming.

Kekerasan seksual penuh tipu muslihat

Menyimak narasi wawancara Kabar Petang TV One pada Selasa, 30 Mei 2023, dengan Kapolres Parigi Moutong AKBP Yudianto Wiyono, peristiwa kekerasan seksual tersebut dinilai oleh sebagian pengamat hukum, seolah tidak tepat disebut sebagai tindak pidana pemerkosaan.

Para pelaku yang melakukan kejahatan seksual-memerkosa korban yang notabene anak di bawah umur dengan kondisi ekonomi dari keluarga tidak mampu. Kedua orangtuanya telah bercerai, sementara korban menanggung kehidupan dua adiknya yang masih kecil.

Para pelaku melakukan tipu muslihat ketika melakukan kejahatan tersebut. Menggunakan peluang dari usia korban yang belia dan kondisi secara ekonomi, dan dalam situasi darurat bencana pula.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com