NUNUKAN, KOMPAS.com – SDN 012 Sei Banjar, sebuah gedung sekolah yang terletak di tengah perkebunan kelapa sawit di Desa Binusan Dalam, Nunukan, Kalimantan Utara, menjadi sekolah yang selalu sepi murid ketika musim penghujan tiba.
Jalanan menuju sekolah dengan jumlah murid 67 anak ini masih terabaikan dan belum pernah tersentuh pembangunan. Tanah liat hitam dan merah, menjadi kubangan lumpur ketika musim hujan tiba. Akibatnya, aktivitas belajar mengajar seringkali terhenti.
"Kalau hujan memang selalu sepi murid. Seringkali malah sama sekali tidak ada murid datang ke sekolah. Kalaupun ada hanya satu, dua anak," ujar wali kelas 1 SDN 012 Sei Banjar, Ponimah, saat dihubungi, Sabtu (27/5/2023).
Desa Binusan Dalam, sebenarnya tak jauh dari pusat kota Kabupaten Nunukan, atau hanya berjarak sekitar 13 Km saja.
Tak hanya akses jalan yang buruk, bahkan jaringan listrik, dan saluran air bersih, belum dirasakan warga Desa Binusan Dalam.
"Sejak saya mengajar 2018, kondisinya sudah begini. Akses jalan menuju sekolah bisa bikin kendaraan tertancap kalau hujan. Listrik dan internet belum masuk juga," imbuh Ponimah.
Di zaman serba gawai (gadget) saat ini, orang akan heran ketika ada anak-anak yang belum tahu bagaimana mengoperasikan Hp.
Namun fenomena tersebut, bisa dijumpai di SDN 012 Sei Banjar. Sebagian murid, belum pernah memegang Hp, sehingga tidak tahu bagaimana cara memakainya.
"Masih banyak murid murid kami yang tidak tahu bagaimana mainkan Hp. Mereka tinggal di permukiman dan hanya bermain permainan tradisional. Sehingga orangtuanya jarang memberikan mereka HP," kata Ponimah lagi.
Baca juga: Cerita Warga Semarang Sambut Biksu Thudong, Rela Menunggu 2 Jam dan Siapkan Makanan
SDN 012 Sei Banjar juga tidak pernah memberlakukan pembelajaran daring yang pernah menjadi kebijakan saat pandemi Covid-19.
Semua guru SDN 012 Sei Banjar yang berjumlah 8 orang, hanya datang ke rumah rumah warga yang terdiri dari beberapa pemukiman di tengah kebun kelapa sawit, dan aktivitas belajar mengajar dilakukan seperti biasa.
Mereka tidak pernah memusingkan jaringan internet atau apakah murid-muridnya memiliki ponsel atau tidak.
"Kalau masalah beli Hape, saya yakin orangtua mereka mampu semua. Masalahnya listrik tidak ada, jaringan internet juga tidak ada. Akan percuma juga kan kalau pun punya," imbuhnya.
Untuk mendapat sinyal internet, Ponimah harus mencari lokasi semacam bukit atau menuju pusat desa Binusan yang berjarak sekitar 10 Km dari sekolahnya.
Murid-murid SDN 012 Sei Banjar tinggal cukup jauh dari sekolah. Mereka tinggal di permukiman-permukiman terpisah layaknya pedesaan transmigran. Beberapa murid, tinggal di pemukiman berjarak 12 km dari sekolahnya.
Baca juga: Cerita Anisa Diminta Mundur Sekolah lantaran Jarang Masuk Kelas karena Tunggui Adik yang Gizi Buruk
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.