Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Perang Padri (1803-1838)

Kompas.com - 11/05/2023, 21:08 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Perang Padri adalah sebuah peristiwa sejarah di daerah Sumatera barat dan sekitarnya pada tahun 1803 sampai 1838.

Perang ini awalnya melibatkan kelompok ulama yang disebut Kaum Padri dengan Kaum Adat di kawasan Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya.

Baca juga: Sejarah Perang Padri: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak

Di tengah perang, pemerintah kolonial Belanda hadir memanfaatkan situasi perpecahan dua saudara itu.

Hal ini membuat perlawanan yang semula merupakan perang saudara kemudian berakhir menjadi perang melawan pemerintah kolonial Belanda.

Baca juga: Biografi Singkat Tuanku Imam Bonjol dan Sejarah Perang Padri

Salah satu tokoh yang terkenal dalam peristiwa Perang Padri adalah Tuanku Imam Bonjol.

Lantas bagaimana latar belakang Perang Padri bisa berakhir menjadi perang melawan pemerintah kolonial Belanda?

Baca juga: Benteng Fort de Kock, Jejak Belanda di Bukittinggi pada Masa Perang Paderi

Penyebab Perang Padri

Latar belakang Perang Padri berawal dari perang saudara karena adanya perbedaan prinsip mengenai ajaran agama Islam antara Kaum Padri dengan Kaum Adat.

Dalam buku Sejarah Indonesia Modern, 1200-2004 (2005) karya Merle Calvin Ricklefs, Gerakan pembaruan Islam tersebut dikenal sebagai gerakan Padri karena mereka telah menunaikan ibadah haji di Makkah.

Bermula dari kepulangan tiga orang Haji dari Mekkah sekitar tahun 1803, yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang yang ingin memperbaiki syariat Islam yang belum sempurna dijalankan oleh masyarakat Minangkabau.

Pimpinan-pimpinan utama Kaum Padri kemudian diberi gelar kehormatan Minangkabau untuk pada guru agama, yakni Tuanku, dengan salah satu pemimpin yang paling terkemuka adalah Tuanku Imam Bonjol.

Sementara dilansir dari laman Pemerintah Kabupaten Agam, Tuanku Nan Renceh yang mengetahui hal tersebut sangat tertarik lalu ikut mendukung keinginan ketiga orang Haji tersebut bersama dengan ulama lain di Minangkabau.

Beliau kemudian juga meminta Tuanku Lintau untuk mengajak Yang Dipertuan Pagaruyung Sultan Arifin Muningsyah beserta Kaum Adat untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Pertentangan terjadi ketika Kaum Padri atau kelompok ulama ingin mengubah kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat Kaum Adat, terutama kebiasaan buruk yang masih dilakukan seperti judi, sabung ayam, minuman keras, tembakau, maupun menggunakan hukum matriarkat untuk pembagian warisan.

Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara Kaum Padri dengan Kaum Adat.

Sehingga meskipun Kaum Adat sudah pernah berkata akan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan tersebut, namun nyatanya mereka masih tetap menjalankannya.

Hal tersebut yang membuat Kaum Padri marah dan beberapa nagari dalam Kerajaan Pagaruyung bergejolak.

Berbagai cara telah ditempuh Kaum Padri untuk mengajak Kaum Adat meninggalkan perbuatan maksiat dan mengikuti syariat Islam, hingga akirnya berkecamuklah perang pada tahun 1803.

Dimulainya Perang Padri

Perang Padri kemudian meletus dan terbagi menjadi tiga fase atau periode.

1. Periode Pertama (1815-1825)

Periode pertama Perang Padri berlangsung sebagai perang saudara dan melibatkan Suku Minang dan Mandailing.

Puncak perang saudara ini terjadi pada tahun 1815, di mana Kaum Padri dibawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang Kerajaan Pagaruyung sehingga pecah peperangan di Koto Tangah.

Saat itu Kaum Padri dipimpin oleh Harimau nan Salapan, yaitu dewan kumpulan delapan orang dari tokoh-tokoh Islam yang berbaiat untuk melakukan pembersihan umat Islam rakyat Minangkabau, karena telah terjadi kemerosotan kehidupan umat Islam saat itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
'Bullying' Suporter Persib Bandung, 2 Warga Solo Ditangkap

"Bullying" Suporter Persib Bandung, 2 Warga Solo Ditangkap

Regional
50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

Regional
Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Regional
Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Regional
Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Regional
Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Regional
Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Regional
Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Regional
Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Regional
Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Regional
Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com