LAMPUNG, KOMPAS.com - Kisah cinta Kiai Batua, si Harimau Buntung di Lampung, sedikit pelik. Upaya breeding yang dilakukan dengan harimau betina bernama Vidi terbilang lamban karena faktor usia sang betina.
Usia Vidi dianggap terlalu dewasa bagi sang pejantan yang hanya separuh dari umurnya.
Perwakilan Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) drh Ligaya ITA Tumbelaka mengungkapkan, secara genetik kondisi Batua sangat bagus.
Baca juga: Harimau Kembali Serang Ternak di Aceh Timur, Petani Takut Keluar Rumah
Ini lantaran Batua adalah harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) liar yang asli berasal dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
Batua yang terkena jerat pemburu di Suoh, Lampung pada Juli 2019 lalu mengakibatkan kaki depan sebelah kanannya harus diamputasi.
"Secara genetik sangat bagus, yang bisa menjamin keragaman genetik selama 100 tahun ke depan," kata Ligaya ditemui saat meninjau Kiai Batua di Lembaga Konservasi (LK) Lembah Hijau, Jumat (31/3/2023).
Baca juga: Demo Tolak UU Cipta Kerja di Lampung Rusuh, Massa Lempari Polisi dengan Batu dan Kayu
Kedatangannya ke LK Lembah Hijau bersama James Burton dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) adalah untuk upaya percepatan breeding terhadap Batua.
Pada program bernama Global Species Management Plan (GSMP) ini, selama tiga tahun ke depan diharapkan ada peningkatan populasi bagi harimau sumatera yang berada di eksitu (luar habitat).
Dokter yang juga Studbook Keeper (pencatat silsilah) Nasional untuk harimau sumatera ini menjelaskan, LK Lembah Hijau sebenarnya sudah pernah mencoba melakukan breeding sebelumnya.
Ketika itu seekor betina bernama Vidi didatangkan dari Taman Taru Jurug, Solo.
"Seperti halnya manusia, usia untuk reproduksi ada masanya, umurnya. Terlebih bagi satwa itu betina yang menentukan kapan perkawinan terjadi," kata Ligaya.
Sehingga, usia Vidi yang kini menginjak 18 tahun dianggap terlalu "tua" bagi Batua yang baru berusia 8 tahun. Usia Vidi dianggap sangat kecil kemungkinan untuk bisa hamil.
"Kita ada catatan penelitian, bahwa betina yang sudah berusia di atas 13 tahun dan belum pernah kawin akan susah (hamil)," kata Ligaya.
Karena itu, untuk program GSMP ini Ligaya merekomendasikan Dadih, harimau betina berusia 4 tahun yang berasal dari Sawalunto, Sumatera Barat.
"Kondisinya sangat ideal, berusia 4 tahun," kata Ligaya.
Sementara itu, James Burton dari IUCN mengatakan, kehadiran Kiai Batua di LK Lembah Hijau adalah "keberuntungan" bagi program GSMP ini.
"Ada harimau dari alam yang bisa sangat penting bagi upaya breeding," kata James.
Dia menambahkan, upaya breeding yang dilakukan pihaknya adalah tidak saling silang genetik. Alias, harimau sumatera dikawinkan dengan harimau sumatera juga, bukan jenis lain.
"Target breeding ini dalam tiga tahun ke depan belum bisa dipastikan, namun minimal bisa 8 sampai 11 anakan per tahun," kata James.
Komisaris Utama LK Lembah Hijau Irwan Nasution mengatakan, pihaknya saat ini sedang mempercepat administrasi untuk mendatangkan Dadih dari Sumatera Barat itu.
"Semakin cepat semakin baik, jadi bisa di-breeding untuk menghasilkan anakan yang berkualitas," kata Irwan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.