BORONG, KOMPAS.com – Yohanes Kake (49), tinggal di gubuk reyot berukuran 3x4 meter di Kampung Pongkeling, Kelurahan Rongga Koe, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Yohanes tinggal bersama anaknya, Yohanes Jaik (12), dan kakaknya, Yus Ndelos (60). Sementara istri Yohanes telah pulang ke rumah orangtuanya.
Baca juga: Siswa di Manggarai Timur Tewas Tenggelam di Muara Kali Waemokel
Udara dingin hampir setiap malam dirasakan Yohanes dan keluarganya, khususnya setelah hujan. Dinding gubuk itu terbuat dari anyaman bambu. Sedangkan atapnya dari seng.
Di gubuk yang berlantaikan tanah itu, Yohanes dan keluarganya tidur beralaskan pelupuh yang disusun menyerupai kasur.
Tak ada jaringan listrik atau penerangan di gubuk milik Yohanes. Hampir setiap malam gubuk itu gelap gulita, hanya lampu pelita yang dipakai sebagai penerangan.
Kondisi gubuk sudah sangat memprihatinkan, reyot dan tak layak huni. Penghasilan sebagai buruh serabutan memaksa keluarga Yohanes hidup seadanya bersama anaknya di gubuk itu.
"Sehari-harinya saya kerja kadang ada yang menyuruh nyangkul, sehari paling Rp 25.000. Tapi penghasilan tidak tetap. Ya makan seadanya saja," ungkap Yohanes di rumahnya, Jumat (31/3/2023).
Bagi Yohanes dan keluarga, tak makan selama sehari merupakan hal biasa karena keterbatasan penghasilan.
"Kadang makan kadang enggak makan, bagaimana lagi. Kalau lagi tidak punya uang ya tidak makan," kata dia.
Yohanes dan keluarga hanya bisa pasrah menghadapi kondisi itu. Yohanes berharap keluarganya bisa mendapat bantuan pemerintah, khususnya jaminan kesehatan.
Sampai saat ini, Yohanes tak mendapat bantuan pembangunan rumah layak huni. Ia juga tak mendapat bantuan lain, seperti PKH, BPNT, dan beras keluarga prasejahtera.
"Dulu sempat mau dapat bantuan tapi tidak jadi karena terkendala administrasi kependudukan. Saya belum memiliki kartu keluarga dan Kartu Tanda Penduduk. Istri saya sudah kembali ke orangtua saat anak saya masih usia dua tahun," jelasnya.
"Segala sesuatu tetap saya syukuri, masih ada tempat tinggal. Meskipun saya juga berharap ada bantuan, agar saya dan anak saya bisa tinggal di tempat yang lebih layak," ucapnya.
Yohanes terkejut saat Kompas.com dan perwakilan Polres Manggarai Timur tiba di rumahnya. Ia menerima tamu sambil duduk di lantai tanah berlinang air mata.
"Saya tak punya apa-apa untuk menghidangkan tamu yang berkunjung. Hanya air teh yang disuguhkan," kata Yohanes.
Sementara itu, sang anak Yohanes Jaik yang berusia 12 tahun sedang memasak untuk makan siang bersama ayah dan tantenya.
Baca juga: Pria di Manggarai Timur NTT Diduga Bawa Kabur dan Cabuli Anak di Bawah Umur
Meski tinggal di gubuk reyot, Yohanes Jaik yang duduk di kelas VI SD Inpres Rate Momang mengaku tetap rajin ke sekolah.
"Dalam keterbatasan ekonomi, ayah masih mencari uang untuk biaya pembangunan di sekolah," ungkapnya.
Kepala Seksi Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polres Manggarai Timur Bripka Heribertus AB Tena dan anggota Bhabinkamtibmas Polsek Kota Komba Aipda Yosep Bei Langa menyambangi keluarga Yohannes.
Saat berkunjung, perwakilan Polres Manggarai Timur itu membawa beras dan satu papan telur ayam.
"Kami mendapatkan informasi dari warga berkaitan dengan kondisi keluarga ini. Dan sebagai polisi, kami wajib mengetahui kondisi keluarga ini," kata Heribertus.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.