SOLO, KOMPAS.com - Penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia dibatalkan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Solo menilai Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dan warga tidak dirugikan.
Ketua DPRD Solo Budi Prasetyo mengatakan, ketidakrugian itu dikarenakan anggaran yang digelontorkan dipergunakan untuk merenovasi insfratruktur dan fasilitas masyarakat.
Seperti halnya Stadion Manahan serta lima lapangan pendamping yakni Stadion Sriwedari, Lapangan Banyuanyar, Lapangan Karangasem, Lapangan Sriwaru, dan Lapangan Kottabarat.
Baca juga: Renovasi Stadion Manahan Tetap Dilanjutkan Meski Piala Dunia U-20 Batal Digelar di Solo
Budi menjelaskan selama ini pembangunan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
"Ada yang pakai APBD, jumlahnya saya kurang tahu. Yang jelas tidak rugi. Karena renovasi ini untuk jangka panjang. Tetap menjadi milik warga Solo untuk berkegiatan kedepan," papar Budi.
Baca juga: Stadion Manahan Jadi Venue Final Piala Dunia U-20, Erick Thohir: Alhamdulillah Solo Sangat Siap
Sedangkan untuk alokasi dana dari pemerintah pusat yang disiapkan oleh Kemenpora sebesar Rp 500 miliar dan realisasi dana yang digunakan Kementerian PUPR sebesar Rp 175 miliar, maka total anggaran yang digelontorkan pemerintah untuk Piala Dunia U-20 mencapai sekitar Rp 675 miliar.
Oleh karena itu, secara fisik pembangunan tidak ada yang dirugikan. Karena akan diperuntukkan kembali untuk masyarakat umum terlepas dari penyelenggaraan Piala Dunia U-20.
"Memang ada kekecewaan dari publik. Namun sisi positifnya kita punya lapangan yang sekarang kondisinya lebih baik. Bukan hanya Manahan, tapi Sriwedari, Sriwaru, Kota Barat, Banyuanyar. Ke depan bisa lebih nyaman lagi untuk digunakan untuk event olahraga masyarakat," jelas Budi.
"Sekarang tinggal bagaimana masyarakat bisa ikut merawat aset ini. Jangan sampai sudah capek-capek direnovasi, batal Piala Dunia U20, eh malah ada tangan yang merusak. Jangan sampai itu terjadi," jelasnya.
Sementara itu, anggota Komisi IV DPRD Kota Surakarta, Ginda Ferachtriawan menyayangkan event sepakbola internasional harus kandas. Ia juga mengaku khawatir dengan sanksi FIFA yang menghantui pasca pembatalan ini.
"Sekarang tidak jadi, pastinya kecewa. Sebenarnya kemarin kami berharap ada solusi terbaik bukan hanya sekedar membatalkan. Tapi mudah-mudahan dari pembatalan ini tidak mendapatkan dampak yang terlalu banyak, terlebih sanksi FIFA itu yang kami takutkan," jelas Ginda.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.