Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Bocah 12 Tahun di Banyumas, Diperkosa dan Diminta Keluar Sekolah karena Hamil

Kompas.com - 28/03/2023, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Seorang remaja perempuan berusia 12 tahun di Banyumas, Jawa Tengah, diminta mengundurkan diri dari sekolah setelah hamil akibat diperkosa delapan orang pelaku.

Peristiwa ini menggambarkan bagaimana para remaja perempuan yang mengalami kehamilan tidak diinginkan “menjadi korban dua kali”.

Para remaja perempuan ini pada akhirnya rentan mengalami pernikahan dini dan terjerat lingkaran kemiskinan.

“Bapak dari pihak laki-laki tidak ada bekasnya, anak saya sekolahnya hancur, masa depannya enggak tahu bagaimana, risiko melahirkan juga,” kata Wati, bukan nama sebenarnya, ketika mengulang perkataannya kepada keluarga pelaku pemerkosa anaknya.

Baca juga: Banyak Kasus Kekerasan Seksual terhadap Anak di Banyumas, Ini Pemicunya

Wati adalah ibu dari tiga anak di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Keluarganya hidup pas-pasan.

Suaminya berjualan dompet dengan berkeliling di pasar, sedangkan Wati adalah seorang ibu rumah tangga.

Selama ini, dia berharap masa depan ketiga anaknya akan lebih baik. Tetapi, harapan itu seakan diempaskan pada suatu pagi di pengujung 2022.

Putri keduanya, Dini (bukan nama sebenarnya) yang baru berusia 12 tahun, hamil.

Kecurigaan itu muncul setelah Dini terlambat menstruasi selama dua bulan. Wati meminta putri sulungnya membeli alat tes kehamilan di apotek. Hasilnya, Dini positif hamil.

Remaja yang baru duduk di bangku kelas 1 SMP itu diperkosa oleh delapan orang pelaku, yang merupakan tetangga-tetangganya. Beberapa di antaranya telah lanjut usia.

Baca juga: Pria 49 Tahun di Banyumas Cabuli Anak 5 Tahun, Diduga Ada Korban Lainnya

Ilustrasi kekerasan seksual pada anak, tanda-tanda kekerasan seksual pada anak, dampak kekerasan seksual pada anak, cara mencegah kekerasan seksual pada anak. Shutterstock/Peter Leee Ilustrasi kekerasan seksual pada anak, tanda-tanda kekerasan seksual pada anak, dampak kekerasan seksual pada anak, cara mencegah kekerasan seksual pada anak.
Wati dan suaminya kemudian melaporkan kasus ini ke polisi. Namun, beberapa waktu setelahnya, keluarga pelaku mendatangi mereka dan meminta agar kasus ini diselesaikan secara damai.

Wati dengan tegas menolak permintaan itu.

“Nangis batin saya, Bu. Saya sebagai orangtua kesal, jangan seperti itulah, anak saya memang polos, dikasih duit gampang. Jangan seperti itu, bapak-bapak kan jauh lebih dewasa dari anak saya. Kalau masih ngasih uang ngasih aja, tapi bapak-bapak kurang ajar,” ujar Wati, kembali mengulang perkataannya kepada keluarga pelaku dengan nada suara yang meninggi.

Dini bercita-cita menjadi seorang guru TK. Tetapi, sejak hamil, dia tidak lagi bersekolah.

Perwakilan sekolah lalu mendatangi rumah Wati setelah mendengar kehamilan Dini. Mereka menyampaikan agar Dini dimutasi ke sekolah lain karena hamil.

Baca juga: Diminta Merawat, Pria di Banyumas Malah Perkosa Keponakan hingga Hamil dan Melahirkan

"Katanya enggak mungkin sudah kayak gini sekolah normal lagi. Pihak sekolah menyampaikan agar bapak ke sekolah, nanti suruh bikin surat pernyataan pengunduran diri, ya 'dimutasilah, Bu'," ujar Wati kepada wartawan Muhammad Fadlan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Pada pertemuan itu, Wati justru meminta maaf kepada pihak sekolah karena merasa telah mencoreng nama baik sekolah.

Masih pada hari yang sama, suami Wati segera ke sekolah. Di sana dia diminta membuat surat pernyataan mengundurkan diri. Sekolah tidak memberikan pilihan lain kepada mereka.

"Enggak ada [pilihan lain dari pihak sekolah], suruh kejar paket B gitu aja. Enggak ada misal ini kan lagi hamil nunggu proses lahiran atau bagaimana," kenang Wati.

Di sisi lain, Wati juga tak sampai hati anaknya dirundung karena hamil dan dipandang telah membuat malu sekolah.

Baca juga: Pria Paruh Baya di Banyumas Cabuli Balita Teman Anaknya Saat Main di Rumah

Sebab, Dini pernah mendapat pesan bernada seperti itu dari teman sekolahnya setelah kabar ini merebak.

“Hancur, rasanya marah, gimana ya. Tapi kalau di sana terus juga tidak mungkin, kalau dipaksa sekolah di situ kan kasihan nanti di-bully teman-temannya," tutur Wati.

"Nomor WhatsApp [Dini] sampai diganti sama kakaknya, karena sudah ada yang ngirim pesan seperti itu, katanya 'kamu malu-maluin sekolahan'. Kalau tidak diganti nanti banyak yang WA, itu baru satu orang, mengantisipasi biar enggak jadi beban pikiran," sambungnya.

Dini pun kini lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi di rumah, sambil sesekali mengontrol kehamilannya ke puskesmas.

Baru setelah kasus ini disorot banyak pihak, pihak sekolah kembali datang ke rumah mereka dan meminta maaf.

“Katanya [mereka] siap memfasilitasi mencarikan sekolah kejar paket B,” tutur Wati.

Baca juga: Kronologi Pemuda di Banyumas Tolong Seorang Ibu yang Loncat dari Jembatan Sungai Logawa

Ilustrasi kekerasan pada anak.Dok. Freepik Ilustrasi kekerasan pada anak.
Namun, soal bagaimana kepastian ke depannya, Wati sendiri mengaku masih bingung dan untuk saat ini masih fokus mengurus kehamilan Dini.

Dini bukan satu-satunya yang mengalami hal itu.

Pada awal 2023, seorang siswi kelas enam SD di Binjai, Sumatera Utara, diusir oleh warga dan putus sekolah setelah diketahui hamil akibat diperkosa.

Pada 2021, dua santriwati korban pemerkosaan guru pesantren di Garut dikeluarkan dari sekolah setelah ketahuan memiliki bayi.

Ancaman putus sekolah juga mengintai remaja perempuan yang hamil akibat hubungan konsensual di luar pernikahan.

Persoalan ini juga erat kaitannya dengan tingginya angka pernikahan dini di Indonesia.

Baca juga: Kisah Pilu Pelajar Diperkosa Sopir Angkot di Serdang Bedagai Sumut hingga Hamil 4 Bulan

Di Bangka Belitung misalnya, sebanyak 451 siswa SMA putus sekolah pada 2019-2021 karena mengalami kehamilan tidak diinginkan atau pernikahan dini.

Kemudian pada Januari 2023, ratusan remaja di Ponorogo mengajukan dispensasi pernikahan dini dengan alasan telah hamil.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mengaku tidak memiliki data lebih spesifik soal berapa banyak anak yang putus sekolah akibat hamil.

Namun, situasi sebenarnya mungkin bisa tergambar melalui sejumlah data lainnya.

Survei Demografi dan Kesehatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2017 menunjukkan bahwa 36 kelahiran dari setiap 1.000 kasus terjadi pada remaja berusia 15-19 tahun.

Namun, tidak dirinci apakah ini termasuk kehamilan yang tidak direncanakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Regional
4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Regional
Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Regional
Airin dan Mantan Bupati Pandeglang Daftar Jadi Bacagub Banten lewat PDI-P

Airin dan Mantan Bupati Pandeglang Daftar Jadi Bacagub Banten lewat PDI-P

Regional
Polres Siak Pasang Stiker 'Cahaya' pada Truk di Jalan Tol Permai

Polres Siak Pasang Stiker "Cahaya" pada Truk di Jalan Tol Permai

Regional
2 Residivis Jambret di 7 TKP Diringkus di Pekanbaru

2 Residivis Jambret di 7 TKP Diringkus di Pekanbaru

Regional
10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

Regional
Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Regional
Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Regional
Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Regional
RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

Regional
Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Regional
Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com