Akan segera dirapatkan
Terpisah, Ketua Asosiasi Rumput Laut Nunukan, Fery, mengakui, persoalan ini menjadi keributan antar pedagang.
Masing masing pedagang saling adu argument dan membuat suasana memanas dan berpotensi konflik.
‘’Ini sebenarnya lebih pada miss komunikasi. Jadi pemilik kapal membatasi jumlah pengiriman rumput laut karena memprioritaskan penumpang. Kita harus sadari juga bahwa yang kita gunakan mengirim rumput laut ke Sulawesi ini merupakan kapal penumpang, bukan kapal barang,’’jelasnya.
Namun demikian, kasus macetnya pengiriman rumput laut, baru terjadi sepekan terakhir. Alhasil, kinerja Feri sebagai ketua Asosiasi yang baru menjabat inipun, dipertanyakan.
Menjawab persoalan tersebut, Feri mengatakan, Asosiasi sedang berusaha mencari cara untuk mengakomodir pengangkutan rumput laut.
Sebenarnya, kata Feri, Asosiasi Rumput Laut Nunukan juga sudah mencoba mendatangkan kapal kayu untuk membantu pengiriman.
Hanya saja, kuantitas dan skala muatan, masih jauh dari cukup. Biasanya, ada 6000 karung dalam sekali pengiriman, sementara kapal kayu, hanya sanggup mengangkut maksimal 2500 karung saja.
‘’Sebenarnya ada alasan mengapa rumput laut tidak terangkut. Pertama armada kapal pelabuhan, ada satu unit yang doking. Dan kedua, terjadi pembatasan muatan barang karena kapal penumpang bagaimanapun wajib memprioritaskan orang, bukan barang,’’jawabnya.
Fery juga berjanji akan segera mengumpulkan semua pedagang dan pengusaha rumput laut untuk mencari solusi atas masalah ini.
‘’Kita akan mengadakan pertemuan dan mengundang sejumlah instansi, termasuk kepolisian, kita akan rapatkan masalah ini,’’kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.