Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kuli Panggul Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Modal Rp 500.000 Ludes, Penumpang Sepi

Kompas.com - 17/03/2023, 13:30 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Khairina

Tim Redaksi

 

SEMARANG, KOMPAS.com-Puluhan kuli panggul atau yang biasa disebut porter berlalu lalang mengenakan seragam hijau setiap kali jadwal keberangkatan dan kedatangan kapal tiba di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

Sebanyak 30 kuli panggul itu tergabung dalam Koperasi Jasa Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Pelabuhan Tanjung Emas Semarang (PTES).

Setiap hari para porter selalu memantau jadwal keberangkatan dan kedatangan kapal penumpang di pelabuhan, baik milik Pelni maupun swasta.

Baca juga: 42 Tahun Jadi Kuli Panggul di Pasar Legi Solo, Sukiyem Pernah Dibayar Rp 100 hingga Pulang dengan Tangan Kosong

Kompas.com berhasil menjumpai Wakil Ketua TKBM PTES Nur Salim (43) usai aktivitasnya membantu calon penumpang menggotong barang bawaan naik ke atas kapal. Nur sendiri sudah 10 tahun bekerja di sana.

“Ini kebanyakan rombongan porter dari Demak yang di sini hari ini. Kami nunggu kapal datang tadi jam 6 pagi. Sebagian yang udah dapet tentengan (barang bawaan milik penumpang yang turun kapal) udah pulang,” ujar Nur ditemui di lobi pelabuhan pukul 10.00 WIB, Kamis (16/3/2023).

Baca juga: Kisah Wawan Jadi Kuli Panggul Selama 19 Tahun, Tetap Bersyukur meski Hasil Pas-pasan

Belasan kawannya masih menantikan ladang rezeki dari para calon penumpang yang berdatangan hendak menaiki kapal Dharma Rucitra menuju Kumai, Kalimantan Tengah. Mereka pantang pulang sebelum dapat tentengan.

Biasanya, mendekati jadwal keberangkatan, para porter bersiaga di sekitar lokasi parkir menantikan kendaraan berdatangan mengantar calon penumpang.

Begitu calon penumpang turun, para porter mendekatinya dan menawarkan jasa angkut barang apabila memerlukan bantuan.

Bila hanya sedikit, maka porter akan menenteng atau memanggul barang calon penumpang. Namun bila banyak dan berat, porter akan menggotong barang menggunakan troli dorongnya.

Pasalnya, untuk menuju kapal, penumpang harus berjalan ratusan meter. Belum lagi menaiki kapal setinggi kurang lebih 10 meter dengan banyak bawaan akan sangat melelahkan. Sehingga jasa porter terbilang membantu.

Sebaliknya, bila mendekati jadwal kedatangan kapal, para porter bersiap di tepi laut untuk menyambut penumpang dan menawarkan jasanya.

Ongkos

Ongkosnya dibanderol mulai Rp 20.000-Rp 50.000 tergantung berat dan banyaknya barang yang dibawa calon penumpang yang menggunakan jasanya.

Saat berbincang, Nur mengaku baru mendapat satu kali angkutan barang. Namun bapak empat anak itu sudah bersyukur mendapat sekali tentengan.

Pasalnya sejumlah porter yang kami tanyai mengaku terkadang sepi tak ada penumpang yang membutuhkan jasa angkut barangnya. Sehingga tak jarang mereka pulang dengan tangan kosong.

“Pernah seminggu keluar modal Rp 500.000 buat berangkat bolak balik pelabuhan malah enggak dapat apa-apa. Uang habis buat bensin sama makan, tapi enggak ada penumpang yang pakai jasa kami,” bebernya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com