Sementara itu, Koordinator Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Pelabuhan Rakyat Sorong Yan Welem Kaiba menyebut, sempat melarang wanita bekerja sebagai kuli angkut di pelabuhan tersebut.
"Saya sebenarnya sudah larang, setiap kali mereka mau terlibat saya selalu larang, bahkan malahan saya usir juga karena saya tau akan melanggar aturan," kata Yan Welem di Pelabuhan Rakyat Sorong.
Yan Welem bahkan sempat beradu argumen dengan para ibu-ibu itu.
"Bahkan sempat ribut dan saya bertanya mana suami kalian, panggil mereka dan anak-anak yang sudah dewasa, ikut bekerja di sini (pelabuhan)," jelas Yan Welem.
Namun, para ibu-ibu itu terus mendatanginya dan meminta pekerjaan sebagai kuli angkut di pelabuhan.
"Alasannya di rumah tidak ada beras, bapak di rumah tidak ada minyak, bapak di rumah anak-anak tidak ada makan dan biaya uang sekolah," kata Yan Welem.
Hal itu membuat Yan Welem dan pihak pelabuhan mengambil kebijakan untuk mengizinkan para kuli angkut wanita bekerja di dermaga.
"Karena setiap hari seperti itu kita ambil kebijakan mereka diizinkan boleh bekerja di dermaga ini tapi pekerjaannya yang ringan-ringan di bawah pengawasan mandor yang setiap harinya bertugas," kata Yan Welem.
Yan Welem mengakui menerima para kuli angkut wanita tersebut. Mereka bisa bekerja sebagai pekerja lepas.
Untuk menjamin keselamatan kuli angkut, pihak TKBM Pelabuhan Rakyat Sorong sedang berupaya membuat BPJS Ketenagakerjaan. Namun, masih terkendala biaya.
"Kita masih kendala dengan biaya karena volume kerja bongkar muatan di pelabuhan masih sedikit sehingga harus disisipkan biayanya untuk mendaftarkan kuli angkut ke BPJS Kesehatan karena para pekerja ini dengan latar belakang tidak mampu," kata Welem.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.