KOMPAS.com - Mamanda adalah seni teater tradisional yang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Mamanda merupakan teater yang dinamis dapat dipadukan dengan kesenian populer, seperti diiringi dengan musik pop.
Pertunjukan teater tradisional mamanda biasanya diiringi dengan alat musik biola dan gendang.
Mamanda berkembang dari teater tradisional lain di Kalimantan Selatan, yakni wayang urang dan wayang gung.
Wayang urang telah dikenal sejak abad 11 M, tepatnya saat kebudayaan Jawa masuk ke Kalimantan Selatan.
Baca juga: Mengenal Seni Teater Tradisional Mamanda
Pengaruh lainnya berupa tradisi lisan dari Melayu, yaitu Syair Abdoel Moeleok yang dibawa oleh serombongan seniman asal Malaka pada abad ke-18.
Sekitar abad ke-20, mamanda mulai dikenal dengan nama Badamuluk.
Mamanda berasal dari kata 'mama' (mamarina) yang dalam bahasa Banjar artinya paman dan kata 'nda' yang artinya terhormat.
Sehingga, mamanda dapat dimaknai sebagai sapaan kepada paman yang dihormati dalam sistem kekeluargaan atau kekerabatan.
Pementasan dilakukan menggunakan bahasa Banjar.
Seni tradisional mamanda memadukan antara musik, tarian, dan pementasan drama dalam pertunjukan.
Mamanda selalu mengangkat cerita mengenai rivalitas antara kebaikan dan keburukan yang dikemas dalam suasana kerajaan.
Lakon yang digunakan berasal dari pakem cerita hikayat atau syair. Adakalanya, lakon berasal dari karangan pemain yang disebut lakon carangan.
Lakon pakem yang biasa ditampilkan, seperti Syair Abdoel Moeloek, Seribu Satu Malam, Syair Siti Zubaidah, dan Hikayat Si Miskin.
Baca juga: Mengenal Randai, Kesenian Khas Minangkabau: Asal-usul, Cara, dan Cerita
Tahapan pertunjukan mamanda terdiri dari lagu (lagu Banjar), ladon atau konon, perkenalan penganan dan pangiwa, sidang kerajaan, dan babujukan.