KOMPAS.com - Megengan merupakan tradisi menyambut bulan suci Ramadhan.
Tradisi Megengan bisanya dilakukan masyarakat Jawa Timur maupun Jawa Tengah
Megengang merupakan tradisi yang telah berlangsung secara turun temurun.
Kata Megengan berasal dari kata megeng yang berarti menahan.
Makna megengan adalah menahan segala hal yang membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan hal lain yang membatalkann puasa.
Megengan juga berarti keselamatan supaya tetap terjaga baik dalam menghadapi Ramadhan.
Tradisi Megengan juga dilakukan untuk mengingatkan masyarakat datangnya bulan suci Ramadhan. Dimana pada bulan tersebut, umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa.
Baca juga: Tradisi Megengan, Warga Berebut 21.000 Kue Apem di Masjid Agung Surabaya
Secara sejarah, megengan merupakan alkuturasi budaya, yaitu penggabungan budaya Jawa dan budaya Islam yang dilakukan Walisongso saat menyebarkan ajaran Islam di Jawa.
Tujuannya tidak lain supaya Islam dapat diterima oleh masyarakat.
Pada masa itu di Jawa terdapat budaya menghantarkan sesajen, kemudian para Wali mengganti kegiatan tersebut dengan mengantarkan makanan.
Megengan digelar pada minggu terakhir bulan Sya'ban, terletak di antara dua bulan mulia yaitu Rajab dan Ramadhan.
Megengan dilakukan sebagai wujud rasa syukur karena masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan.
Rasa syukur tersebut diwujudkan dengan makanan yang dibuat oleh masyarakat, kemudian dibagikan kepada orang-orang yang tinggal disekelilingnya.
Sebelum pelaksanaan tradisi megengan, orang-orang akan datang ke makam untuk berdoa dan menabur bunga yang dikenal dengan "nyekar".
Tradisi megengan ditandai dengan selametan yang dilakukan di masjid, mushola, atau langgar.
Baca juga: Sambut Ramadhan, Warga Demak Gelar Tradisi Megengan