WATAMPONE, KOMPAS.com - Hermanto, ayah almarhum Praka Jumardi, menyampaikan kegelisahannya sebelum kepergian sang anak untuk selama-lamanya.
Praka Jumardi merupakan anggota TNI Yonif Raider 303/SSM Divisi 1 Kostrad. Ia gugur dalam kontak senjata dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kampung Pamebut, Distrik Yugumuka, Kabupaten Puncak, Papua, Jumat (3/3/2023).
Hermanto menjelaskan, ia tidak bisa tidur 2 hari 2 malam saking gelisahnya. Hingga ia mendapatkan kabar, Praka Jumardi gugur.
Baca juga: Kronologi KKB Membabi Buta Menembaki TNI, Praka Jumardi Gugur Saat Ingin Menolong Warga
"Waktu hari Kamis saya gelisah berdua mamanya selama dua hari. Sampai-sampai tidak bisa tidur. Saya bilang ada apa ini?" kata Hermanto dikutip dari Tribun-Timur.com di kediamannya Jl Kemauan, Leppangeng RT/RW 006/002, Desa Patangkai, Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Sabtu (4/3/2023).
"Ternyata anakku meninggal hari Jumat, hari di mana dia lahir," tambahnya.
Hermanto mengaku, terakhir berkomunikasi dengan anaknya sekitar satu bulan lalu. Saat itu, ia anaknya cerita dipindahtugaskan ke Papua.
"Bulan lalu terakhir komunikasi. Dia menelepon sama mamanya, dia sampaikan mau pindah tugas. Ternyata ini maksudnya pindah tugas," jelasnya.
Hermanto juga menambahkan, semenjak anaknya menjadi anggota TNI, baru tiga kali ia melihatnya pulang ke rumah.
"Semenjak menjadi TNI tahun 2013 baru tiga kali pulang kampung. Jarang sekali memang pulang itu anakku karena bertugas," kenangnya.
Hermanto mengaku sempat terlambat mendapat kabar kepergian anaknya. Saat itu dirinya sedang berada di sawah.
Dia baru mengetahui kabar itu setelah ada yang datang memberitahu bahwa ada yang mencarinya di rumah.
Tiba di rumah, Hermanto melihat banyak tentara di rumahnya. Di situ ia diberi tahu, jika anaknya Praka Jumardi gugur dalam tugasnya di Papua.
Hermanto hanya bisa pasrah. Sementara istrinya pingsan usai mendengar kabar tersebut.
"Saya baru tahu anakku meninggal kemarin pas pulang dari sawah. Itu pun karena ada orang datang panggil saya di sawah. Dia bilang ke saya, kalau ada yang cari saya di rumah," kata Hermanto.
"Setelah itu saya langsung pulang. Pas sampai di rumah, saya lihat banyak tentara. Mamanya langsung pingsan dan diangkat ke rumah," sambungnya.