KOMPAS.com - Paroki Kristus Penebus Timeepa menyebutkan data ada 83 anak di Distrik Mapia, Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah, mengalami campak dan 15 di antara mereka meninggal dunia.
Pastor Paroki Kristus Penebus Timeepa, Yeskiel Belau memperkirakan jumlah itu bisa jadi bertambah karena ada wilayah lain yang belum dicek.
Data resmi pusat paroki mencatat 49 kasus campak terjadi di Timeepa, 15 kasus di Stasi Degadai, 10 kasus di Stasi Ponaige, dan sembilan kasus di Kuasi Paroki Deneiode.
Baca juga: Kasus Campak Rubella di Kota Malang Meningkat, Dinkes Imbau Warga Tetap Waspada
Sementara itu, untuk data anak yang meninggal dunia karena campak di Timeepa sebanyak empat anak, lima anak di Stasi Degadai, dua anak di Stasi Ponaige, dan dua anak di Deneiode.
Kematian empat anak di Timeepa itu terjadi dalam satu hari saja, yaitu Kamis pagi (02/03), kata Pastor Yeskiel.
“Akibat diserang penyakit serampa itu, lalu semangat makan berkurang. Akhirnya badan kurus hingga meninggal,” ujarnya kepada BBC News Indonesia.
Dinas Kesehatan Kabupaten Dogiyai mengaku belum menerima data itu. Per Jumat (3/3/2023), hanya 16 orang yang tercatat mengalami campak di wilayah tersebut.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), melalui Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan belum ada laporan terkait kasus tersebut.
Per Januari lalu, Kemenkes melaporkan 12 provinsi mengeluarkan penyataan kejadian luar biasa (KLB) campak. Salah satu di antaranya adalah Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Baca juga: Belum Ada Obat untuk Penyakit Campak, Bagaimana Cara Penanganannya?
Dia mendapatkan kabar itu dari seseorang bernama Ernes Pugiye, yang ternyata sudah membuat daftar anak-anak yang sudah meninggal dan yang sedang sakit.
Setelah kembali dari Paniai, Pastor Yeskiel langsung mengonfirmasi kabar tersebut dengan mengunjungi Stasi Degadai, Stasi Ponaige, dan Kuasi Paroki Deneiode. Dia mengatakan: ”Ternyata benar banyak umat yang sakit, terutama balita”.
Stasi merupakan wilayah yang berada di dalam paroki, sedangkan kuasi paroki adalah sebuah wilayah yang akan disiapkan menjadi paroki.
Baca juga: Virus Campak Tak Mudah Bermutasi, Vaksin Beri Daya Lindung 97 Persen
Dalam satu video yang dikirim oleh Pastor Yeskiel Belau, beberapa anak terlihat mengalami ruam di kulitnya. Tubuh mereka terlihat lemas, digendong oleh orang tuanya.
”Saya menjumpai mereka lalu melihat mereka yang sakit, ada benjolan di bagian muka, bagian dada, bagian lengan, dan mereka menangis,” kata Yeskiel.
Pastor Yeskiel langsung menyampaikan informasi dan temuan di lapangan itu kepada keuskupan dan meminta keuskupan memberikan pengobatan.
Dia kemudian menyarankan warga untuk membawa anak-anaknya ke pusat paroki yang berada di Timeepa untuk mendapatkan pengobatan karena keuskupan sudah mengirimkan dokter.
Dokter dan tim medis tidak dikirim ke daerah-daerah tempat kasus campak ditemukan karena jarak antar stasi yang berjauhan dan medannya yang sulit karena harus naik-turun gunung dan melalui rawa-rawa.
”Kalau mau jalan harus jalan satu hari, satu setengah hari, dan sangat kesulitan. Oleh karena itu mereka fokuskan di pusat paroki dan melayani para pasien yang ada di paroki dan juga dari stasi-stasi yang datang ke paroki untuk mendapatkan pengobatan,“ ujar Yeskiel.
Baca juga: Soal Penyelamatan Kapten Philip, Kapolda Papua: Kami Berupaya Maksimal Melakukan Negosiasi
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.