MALANG, KOMPAS.com - Paguyunan keluarga korban tragedi Kanjuruhan Kabupaten Malang menyampaikan beberapa poin permintaan kepada Pemerintah, terkait dengan nasib mereka pasca peristiwa maut pada 1 Oktober 2022 lalu.
Hal itu disampaikan dalam kegiatan silaturahmi yang digelar antara Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Malang dengan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, di Pendopo Kabupaten Malang, pada Sabtu (4/3/2023).
Ketua paguyuban keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, Vincensius Sari menyampaikan beberapa poin yang diharapkan keluarga korban tersebut.
Di antaranya keberlangsungan pendidikan bagi anak-anak yang ayahnya meninggal dalam tragedi tersebut, jaminan kesehatan, serta pendampingan psikologis bagi korban yang masih trauma.
"Beberapa korban selamat ada yang masih mengalami trauma jika bertemu orang banyak. Maka, kami harap, pemerintah memberikan pendampingan untuk pemulihan mereka," ungkap Vincensius.
Berdasarkan data yang dikantongi paguyuban keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, ada 34 korban selamat yang masih mengalami trauma.
Kemudian, untuk pendidikan, Vincensius menyebut, ada salah satu anak korban yang sedang menempuh pendidikan di Pondok Pesantren.
Ia berharap, pemerintah juga turut membantu pembiayaan pendidikannya.
"Berdasarkan pendataan kami anak korban yang masih menempuh pendidikan di antaranya untuk jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) 2 orang, Sekolah Dasar (SD) 10 orang, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 9 orang, Sekolah Menengah Atas (SMA) 4 orang, dan jenjang pendidikan pondok pesantren 3 orang," ujar dia.
"Kalau untuk anak korban yang menempuh pendidikan jenjang SMA, sudah dibantu oleh Gubernur Jawa Timur," imbuh dia.
Menanggapi hal itu, Bupati Malang, HM Sanusi mengatakan, bahwa harapan yang paling realistis untuk direalisasikan Pemerintah Kabupaten Malang yaitu jaminan kesehatan.
Ia menyebut, siap memberikan jaminan kesehatan penuh, baik kepada korban maupun keluarga korban tragedi Kanjuruhan secara gratis.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.