Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mafia Perdagangan Pekerja Migran Asal NTT, Jaringan Berlapis dari Desa hingga Malaysia (2)

Kompas.com - 03/03/2023, 06:36 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Praktik tindak pidana perdagangan orang (TPPO) pekerja migran Indonesia asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ke Malaysia dilakukan oleh sindikat mafia yang "berlapis dan terputus" seperti kejahatan narkoba.

Salah satu korbannya adalah Meriance Kabu. Ia mengaku direkrut dengan bujukan kelompok doa dari satu desa terpencil di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Akibat persuasi kelompok doa itu, dia bekerja sebagai pekerja rumah tanga (PRT) nonprosedural pada 2014 di Malaysia.

Tak hanya itu, selama bekerja 8 bulan di Malaysia, ia mendapatkan penyiksaan hingga menyebabkan luka-luka.

Baca juga: Mafia Perdagangan Pekerja Migran Asal NTT, Modus Rayuan Surgawi hingga Penyiksaan (1)

Jaringan berlapis dan terputus

Mantan anggota Satgas Anti-Trafficking Kepolisian Daerah NTT, Rudy Soik mengatakan perekrutan dari desa ke daerah transit sampai ke Malaysia dilakukan oleh mafia dengan jaringan berlapis dan terputus.

Rudy juga ikut dalam pengusutan dan penindakan mereka yang terlibat dalam kasus Meriance serta Adelina Sau.

Dengan jaringan berlapis dan terputus ini, kata Rudy, banyak kasus berhenti di tingkat bawah.

Perekrut lapangan di desa dan Kota Kupang, atau yang disebut oleh Rudy dan para pegiat sebagai aktor "ikan teri" atau "jari-jari", lebih mudah terjaring.

Baca juga: Kepala BNPT Sebut Ada TKI Menyumbang Dana kepada Kelompok Intoleran

"Kenapa hanya di bawah [diproses hukum], sampai atas tidak? Karena jaringan mereka hidup dan sistemnya terputus seperti narkoba. Kalau satu tertangkap, mati satu sudah. Contoh, ketangkap matinya di satu titik, tidak akan tersentuh ke atas," kata Rudy.

"Akhirnya hanya ikan teri di desa hingga Kupang yang umumnya bisa ditindak [hukum], sementara ikan kakap di Batam dan Malaysia sulit dijangkau secara hukum," ujarnya.

Pendeta Emmy yang beberapa kali menghadiri sidang TPPO mengatakan, "Para perekrut lapangan ini sering kali adalah orang-orang lugu yang sebenarnya adalah korban juga."

Dalam beberapa kasus, kata pegiat anti-perdagangan manusia, para perekrut lapangan adalah keluarga, kerabat dekat korban, hingga warga dari desa yang sama.

"Kenapa tidak ada mafia-mafia besar dan oknum-oknum [petugas] yang membantu TPPO ini dijerat hukum? Padahal mereka yang memperdagangkan Meriance Kabu, Adelina Sau dan ribuan korban lainnya. Jika mereka tidak dipenjara, perdagangan manusia akan terus terjadi," kata Emmy.

Baca juga: Sebulan, 15 TKI Asal Sampang Dipulangkan dalam Kondisi Meninggal

"Banyak pelaku kakap yang berkeliaran'

Polisi menangkap Piter Boki (kanan) dan Tedy Moa (kiri).Tribunnews via BBC Indonesi Polisi menangkap Piter Boki (kanan) dan Tedy Moa (kiri).
Polda NTT mengaku masih banyak pelaku kelas kakap dalam praktik perdagangan pekerja migran ini yang berkeliaran.

"Tidak dipungkiri juga masih banyak para pelaku kelas kakap yang berkeliaran yang mana kendala bagi penyidik yaitu para pelaku kelas kakap kebanyakan berasal dari luar negeri yaitu Malaysia.

"Dalam hal ini agensi yang mana para pelaku kelas kakap ini mengontrol langsung proses perekrutan yang dilakukan oleh para perekrut TKI di kantong-kantong rekrutmen. Karena proses perekrutan yang dilakukan adalah secara nonprosedural, secara perorangan, yang mana perekrut TKI mengirim langsung TKI ke negara tujuan penempatan," sebut Polda NTT dalam pernyataan tertulis kepada BBC.

Senada, Dubes Hermono mengatakan, pelaku TPPO yang tertangkap umumnya adalah perekrut lapangan atau calo yang dia juga sebut sebagai "ikan teri". Sedangkan oknum-oknum petugas hingga mafia tidak ada yang dibawa ke meja pengadilan.

"Trafficking itu unsurnya direkrut, dipindahkan, dan dijual di sini [Malaysia], jadi tidak mungkin berdiri sendiri," ujar Hermono kepada BBC saat ditemui di kantor KBRI Malaysia.

Baca juga: Eks Pegawai BP3TKI Jadi Otak Pengiriman TKI Ilegal, Kantongi Rp 2 Juta Setelah Kirim Seorang

Tiga lapis jaringan mafia, dari desa NTT hingga Malaysia

Rudy Soik yang berpengalaman menyidik puluhan kasus perdagangan manusia pekerja migran di NTT, menyebut terdapat tiga lapis jaringan mafia TPPO.

Pertama adalah perekrut lapangan di desa dan pelaku di Kupang yang berperan dalam menampung hingga mengurus dokumen seperti KTP, tiket pesawat, hingga paspor.

"Sekitar 80% komunitas pemain di NTT itu terkait semua dan terhubung. Mereka saling kenal dari tingkat desa hingga provinsi," ujarnya.

Lapis pertama ini cenderung mudah dijerat hukum, ujar Rudy, karena mereka adalah pihak yang bertemu langsung dengan korban dan keluarganya.

Baca juga: Kronologi Polisi Tangkap Pelaku TPPO di Bengkalis Riau, 3 TKI Ilegal Berhasil Diselamatkan

Lapis kedua adalah kelompok mafia yang tinggal di Batam dan kota besar lain. Mereka bekerja sama dan membayar para penampung dan perekrut lapangan di NTT.

Mafia di Batam, lanjut Rudy, berperan menerima permintaan tenaga kerja dari agensi tenaga kerja Malaysia dan mengurus penyeberangan dengan kapal, baik di pintu pemeriksaan resmi maupun jalur ilegal.

"Orang di Batam itulah yang bekerja sama dengan lapis ketiga, yaitu orang di Malaysia, melalui satu pintu," katanya.

Rudy menyebut setidaknya ada empat warga negara Malaysia yang sering disebut-sebut sebagai bos mafia TPPO untuk pekerja migran nonprosedural asal NTT.

Maraknya praktik perdagangan pekerja migran di NTT, tambah Rudy, khususnya pekerja rumah tangga, disebabkan oleh besarnya ceruk keuntungan yang diperoleh sindikat mafia TPPO.

Baca juga: Pengiriman 3 TKI Ilegal ke Malaysia via Riau Digagalkan, 1 Pelaku Ditangkap

Rudy menyebutn

Kemudian mafia di Batam itu mengambil keuntungan lebih dari 50% dan memberikan sisanya sebesar Rp15 juta-Rp20 juta ke koordinator di level provinsi, kata Rudy.

Uang tersebut, lanjut Rudy, mengalir ke perekrut di tingkat kabupaten/kota, hingga menjadi sekitar Rp5 juta-Rp10 juta di tingkat desa.

Akhirnya, uang itu menjadi maksimal Rp 1 juta yang kemudian diberikan oleh perekrut lapangan kepada keluarga di desa sebagai sirih pinang alias mahar agar mereka melepas anaknya bekerja di Malaysia.

Seperti keluarga Adelina Sau mengatakan, mereka menerima sirih pinang sebesar Rp200.000.

Baca juga: Atur Keberangkatan 2 TKI Ilegal Asal Jawa Barat, WN Malaysia Ditangkap

Batam pintu masuk utama PMI ilegal ke Malaysia

Tulisan selamat datang di Batam, Kepulauan Riau.dokumen BBC Indonesia Tulisan selamat datang di Batam, Kepulauan Riau.
Dalam banyak praktik TPPO warga NTT, Batam dan sekitarnya selalu disebut sebagai pintu masuk utama PMI ilegal ke Malaysia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir Lebong Bengkulu, Warga Terdampak Dihantui Krisis Air Bersih

Banjir Lebong Bengkulu, Warga Terdampak Dihantui Krisis Air Bersih

Regional
Perayaan Waisak 2024 di Candi Borobudur, Ini Rangkaian Acaranya

Perayaan Waisak 2024 di Candi Borobudur, Ini Rangkaian Acaranya

Regional
Puluhan Biksu Thudong Akan Jalan Kaki ke Candi Borobudur dan Muaro Jambi, Apa Tujuannya?

Puluhan Biksu Thudong Akan Jalan Kaki ke Candi Borobudur dan Muaro Jambi, Apa Tujuannya?

Regional
PVMBG Sebut Bom Vulkanik Gunung Ruang Sulut Ancam Pulau Terdekat

PVMBG Sebut Bom Vulkanik Gunung Ruang Sulut Ancam Pulau Terdekat

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Banjir di Lebong Bengkulu, 2.712 Masyarakat Mengungsi

Banjir di Lebong Bengkulu, 2.712 Masyarakat Mengungsi

Regional
Menantu Wanita Otaki Begal Mertua di Kendari, ND: Saya Dendam, Tidak Pernah Dianggap Keluarga

Menantu Wanita Otaki Begal Mertua di Kendari, ND: Saya Dendam, Tidak Pernah Dianggap Keluarga

Regional
Pensiunan PLN Nyatakan Siap Maju dalam Pilkada Ende

Pensiunan PLN Nyatakan Siap Maju dalam Pilkada Ende

Regional
Gunung Ruang Erupsi, BMKG Imbau Waspada Potensi Tsunami

Gunung Ruang Erupsi, BMKG Imbau Waspada Potensi Tsunami

Regional
Kecelakaan Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024 di Banten Menurun, Korban Jiwa 7 Orang

Kecelakaan Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024 di Banten Menurun, Korban Jiwa 7 Orang

Regional
Tinggi Kolom Erupsi Eksplosif Gunung Ruang Sulut Capai 3.000 Meter

Tinggi Kolom Erupsi Eksplosif Gunung Ruang Sulut Capai 3.000 Meter

Regional
Gunung Ruang Status Tanggap Darurat, 11.615 Penduduk Harus Mengungsi

Gunung Ruang Status Tanggap Darurat, 11.615 Penduduk Harus Mengungsi

Regional
Skenario Menantu Rencanakan Pembunuhan Mertua di Kendari, Ajak Eksekutor Begal Korban

Skenario Menantu Rencanakan Pembunuhan Mertua di Kendari, Ajak Eksekutor Begal Korban

Regional
2,1 Juta Kendaraan Pribadi Keluar Masuk Jateng Selama Lebaran 2024

2,1 Juta Kendaraan Pribadi Keluar Masuk Jateng Selama Lebaran 2024

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com