Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohammad Nasir
Wartawan

Wartawan Kompas, 1989- 2018

Ketika Danau Toba Kemasukan Ikan Setan

Kompas.com - 24/02/2023, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENYUSURI tepian Danau Toba, pikiran tidak hanya tertuju pada keindahan alam yang memesona, tetapi sambil berdecak kagum membayangkan cerita terbentuknya Toba, dan persoalan apa yang sedang terjadi di seputar Toba.

Sulit dibayangkan letusan gunung Toba yang dahsyat 74.000 tahun silam, abu vulkaniknya menyebar ke seluruh dunia.

Letusannya membentuk kawah raksasa yang disebut Danau Toba, luasnya sekitar 1.100 kilometer, dengan titik terdalam 500 meter, dan luas kaldera 1.780 kilometer.

Ada tujuh wilayah kabupaten yang mengitari Toba. Kondisi alamnya bergunung-gunung dengan kelokan yang indah, mobil melaju di jalan beraspal antara kaki gunung dan danau berombak lembut.

Kejadiannya sudah terlalu lama, 74.000 tahun silam. Tahun masehi yang kita jalani saja baru 2023.

Menurut penelitian ilmuwan, Danau Toba dan Pulau Samosir yang ada di tengahnya itu sendiri adalah hasil letusan gunung api.

Toba diselimuti keindahan panorama alam dan landscape-nya yang dapat dibilang menakjubkan.

Danau ini adalah kawah gunung api raksasa atau disebut supervolcano yang sudah berkali-kali meletus dan masih menyimpan magma di bawahnya.

Kalau ditanya, benarkah cerita itu? Jawabannya ada pada penelitian ilmiah yang memeriksa bebatuan vulkanik yang tersebar di sekitar Danau Toba.

Adalah geolog Belanda Reinout Willem van Bemmelen ilmuwan pertama yang membangun teori tentang letusan gunung api super yang membentuk Danau Toba.

Sebagaimana ditulis dalam buku seri ekpedisi cincin api Kompas berjudul “Toba Mengubah Dunia” (Penerbit Buku Kompas, 2014), Bemmelen meneruskan kerja geolog-geolog sebelumnya, yakni Wing Easton (1894, 1897), Volz (1909), dan Klein (1917).

Para geolog itu telah mengidentifikasi berlimpahnya batu-batu vulkanik di sekitar Toba.

“Danau Toba pastilah kaldera gunung raksasa,” kata Bemmelen yang menyusuri Sumatera tahun 1939.

Dia terkagum-kagum ketika melihat seluruh daratan sekitar danau raksasa yang tertutup ignimbrite rocks, batu hasil letusan gunung berapi.

Ketika itu, ia keliling Toba untuk mengumpulkan informasi geologi, terkait kekayaan mineral, sumber daya alam untuk ekploitasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com