"Ini kan wilayahnya komodo, segala risiko itu memang konsekuensi kerja. Tapi selagi niat baik pasti aman-aman saja," ujarnya.
Penjaga komodo lainnya ialah Arsyad (43), warga di Kelurahan Pota, Kecamatan Sambi Rampas, Manggarai Timur.
Pria tersebut memilih menjadi inisiator gerakan peduli komodo sejak 2009.
Dia bahkan menjadikan rumahnya sendiri, sebagai Pusat Informasi Komodo. Banyak warga, anak sekolah, mahasiswa, wisatawan dari luar NTT datang ke rumahnya untuk menimba ilmu mengenai komodo.
Baca juga: Solo Safari Dibuka untuk Umum, Bisa Lihat Komodo
"Hanya saja selama pandemi Covid-19 kunjungan wisatawan menurun. Tapi sekarang situasinya mulai pulih," ujar Arsyad saat dihubungi, Senin (20/2/2023).
Arsyad bercerita, dulu warga menganggap Rugu (sebutan untuk komodo) sebagai hama yang merusak lahan perkebunan, sehingga kerap dijerat bahkan dibunuh. Namun saat ini rugu sudah diperlakukan berbeda.
Terlebih setelah Pemkab Manggarai Timur Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT bersepakat menentukan bagian utara Kecamatan Sambi Rampas sebagai kawasan ekosistem esensial.
Baca juga: Mengenal Komodo, Karakteristik hingga Perkembangbiakan
"Dari situ warga setempat mulai sadar dengan pentingnya keberadaan komodo di Sambi Rampas. Apalagi komodo ini kan salah ikon pariwisata kita," ujarnya.
Arsyad melanjutkan, jika ada komodo yang masuk ke permukiman dan kebun milik warga, termasuk kena jeratan, maka warga setempat akan menghubunginya.
Baca juga: 57 Naturalist Guide di TN Komodo Mulai Kegiatan Konservasi
Selanjutnya komodo akan dievakuasi dan kembali ke habitatnya yang lebih aman. Untuk proses evakuasi, Arsyad selalu berkoordinasi dengan tim dari BBKSDA.
"Komodo yang kena jeratan di kebun milik warga pernah terjadi pada 13 Februari 2022 lalu. Sejak saat itu sampai sekarang tidak ada lagi laporan dari warga. Warga juga tidak lagi menganggap komodo sebagai hama," katanya.
Saat ini, Arsyad mengatakan, banyak wisatawan dan juga mahasiswa asal Pulau Jawa yang berkunjung ke daerah mereka untuk belajar banyak mengenai satwa ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.