Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pramono Dwi Susetyo
Pensiunan

Pemerhati masalah kehutanan; penulis buku

Konflik Satwa Liar dan Manusia, Salah Siapa?

Kompas.com - 19/02/2023, 07:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sementara aspek konservasi pelestarian alam, termasuk taman nasional, berfokus pada perlindungan, pengawetan, dan manfaat kawasan sebagai penyangga kehidupan.

Jika sudah diatur seperti itu mengapa masih ada konflik satwa dan manusia?

Hari-hari ini ancaman terbesar bagi satwa liar yang dilindungi maupun yang diawetkan dalam kawasan konservasi adalah berkurangnya makanan di dalam habitat asli akibat pembalakan liar, kebakaran hutan, maupun perburuan satwa yang menjadi makanan pemangsanya.

Bagi satwa karnivora seperti harimau, mereka butuh satwa mangsa herbivora seperti rusa, kerbau liar, babi hutan.

Akibat kekurangan makanan, satwa puncak seperti harimau makin terdesak dan masuk ke dalam permukiman yang melahirkan konflik dengan manusia.

Satwa liar tidak bisa memilih bermukim dan tinggal di suaka margasatwa atau taman nasional. Hewan-hewan tersebut punya daya jelajah jauh untuk mendapatkan makanan dan memenuhi siklus hidup mereka.

Ketika di dalam habitatnya makanan berkurang, mereka akan makin jauh keluar hutan.

Demikian juga satwa liar seperti gajah dan orang utan, meskipun mereka tergolong satwa herbivora (bukan pemakan daging), namun apabila kelaparan dan apabila di dalam habitat kekurangan/tidak cukup makanan, maka mereka akan mencari makan keluar dari habitatnya dan mampu menyerang apa saja dan siapa saja (termasuk manusia) seperti kasus yang terjadi di Aceh tersebut.

Kelemahan mendasar lainnya adalah kemampuan SDM KLHK di daerah, baik yang bekerja di Balai Besar/Balai Konservasi Sumberdaya Daya Alam (BBKSDA/BKSDA) yang bertanggung jawab langsung terhadap pengelolaan Suaka Margasatwa maupun di Balai Besar/Balai Taman Nasional (BBTN/BTN), baik secara kuantitas maupun kualitas kurang memadai dalam pengelolaan kawasan konservasi yang melindungi fauna langka ini.

Oleh karena itu, pemerintah perlu merumuskan kembali peran kawasan suaka margasatwa atau taman nasional secara lebih tepat untuk melindungi satwa langka yang terancam punah.

Keberadaan suaka margasatwa sebagai habitat alamiah satwa liar penting untuk menjaga keanekaragaman hayati bumi.

Manusia dan satwa langka sama pentingnya untuk dijaga keberlangsungan hidupnya dengan menjaga harmoni di antara keduanya tanpa menimbulkan konflik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com