Ia juga meminta perkebunan Pala dan Cengkeh kepunyaan EIC agar diperluas dengan cara paksaan, termasuk memaksa rakyat Bengkulu menanam kopi oleh dengan cara yang kejam.
Thomas Parr juga membuat perubahan besar dalam peradilan pribumi tanpa persetujuan atau meminta nasehat dari Kepala Adat di Bengkulu.
Bahkan ia tidak segan mencopot gelar para pemimpin dan pemuka adat yang tentunya memicu ketegangan di kalangan atas.
Saat itu rakyat yang tidak patuh disiksa dan dilecehkan sehingga menyinggung rakyat dan lembaga adat di Bengkulu dan menyulut perlawanan.
Munculnya kesatuan orang-orang Bengkulu dalam barisan-barisan bersenjata membuat Adipati dari Dusun Besar berusaha mengundang Thomas Parr untuk bertukar pikiran.
Namun Thomas Parr tidak hadir dengan alasan enggan untuk datang, tanpa menyangka akibatnya.
Di sisi lain, Inggris menyangka semangat perlawanan rakyat sudah lumpuh karena ekspedisi Letnan Hastings Dare ke daerah Ipuh, Muko-muko dan kedalaman sekitarnya telah berhasil membunuh sekian banyak rakyat yang mengadakan perlawanan.
Di Bintuhan, rakyat telah menyerbu Kantor Kompeni Inggris yang dibakar habis, yang kemudian membuat setiap kantor Kompeni Inggris langsung dijaga oleh serdadu-serdadu Sipai, Benggala dan Bugis.
Menyadari ketidakpuasan masyarakat Bengkulu terhadap perintah penanaman kopi dan merasa perlawanan mulai berbahaya, maka Thomas Parr mengambil tindakan untuk segera membatalkan kebijakan.
Sayangnya pengumuman untuk membatalkan perintah menanam kopi tersebut tidak sampai pada waktunya kepada rakyat suku Lembak di Sungai Hitam, Dusun Besar, Sukarami, Lagan dan lain-lain.
Di sisi lain, persiapan untuk melepaskan diri penindasan dan melakukan perlawanan sudah matang dan mencapai puncaknya.
Pada tanggal 27 Desember 1807, rakyat Bengkulu mengadakan rapat perang dengan bersumpah setia diantara Adipati Sukarami, Dusun Besar dan para pengikutnya, serta masyarakat Bengkulu lainnya untukmenghabisi nyawa Thomas Parr.
Malam harinya, di bawah pimpinan Rajo Lelo,Pangeran Natadirja III dan Adipati Sukarami sebagai panglima perang, rakyat Bengkulu langsung menyerbu ke tempat peristirahatan Thomas Parr di Mount Felix.
Barisan bersenjata rakyat Bengkulu yang terdiri berbagai suku yang kurang lebih berkekuatan 300 orang mengawali serangan dengan melumpuhkan para tentara pengawal.
Kemudian tiga orang pemimpin perang tersebut mulai masuk ke kamar tidur Thomas Parr.