Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Eng. IB Ilham Malik
Dosen Prodi Perencanaan Wilayah & Kota ITERA

Ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ITERA. Wakil Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Bidang Kajian Kebijakan Transportasi

Mendorong Pembangunan KA Tegineneng-Bakauheni

Kompas.com - 09/02/2023, 09:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TAHUN 2023 adalah waktu yang tepat untuk mempersiapkan seluruh dokumen terkait rencana pembangunan jalur KA dari Tegineneng ke Bakauheni, Lampung.

Tegineneng atau daerah sekitarnya dipilih sebagai titik acuan karena kita berharap pembangunan jalur KA nantinya tidak akan masuk dalam wilayah Kota Bandar Lampung untuk menghindari kemacetan lalu lintas akibat masih banyaknya perlintasan sebidang dan perlintasan tanpa palang pintu.

Adapun Bakauheni adalah titik penghubung yang sangat penting antara Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa.

Keberadaan Pelabuhan Bakauheni pada saat ini penting karena memberikan manfaat, terutama bagi Lampung. Lebih dari itu, Pelabuhan Bakauheni adalah penentu dalam interaksi transportasi antara Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa. Begitu pula sebaliknya.

Karena itu, sangatlah wajar jika kita menaruh harap ada connectivity di jalur KA antara Sumatera dan Jawa.

Konektivitas ini akan memberikan benefit besar bagi daerah, masyarakat, investor/pengusaha, maupun keuangan negara.

Dengan demikian akan ada skenario untuk mendorong terjadinya shifting angkutan barang dari truk ke kereta api. Sebab jaringan rel KA tidak terhenti di Pelabuhan Panjang dan Tarahan dari arah Kertapati di Sumatera Selatan.

Jalur KA tersebut bisa lebih panjang hingga ke Pelabuhan Bakauheni.

Tentu hal ini akan menjadi lebih kompetitif dan efisien bagi perekonomi nasional sebab akan terjadi penurunan biaya logistik akibat adanya angkutan barang massal.

Di sisi lain akan terjadi penghematan biaya perawatan jalan akibat tingginya mobilitas angkutan logistik nasional.

Harus diakui pembangunan jalur KA menelan biaya yang tidak kecil. Namun bisa lebih murah dibanding membangun jalan tol.

Jika mengacu pada biaya pembangunan jalur KA di Sulawesi Selatan yang mencapai angka Rp 30 miliar - Rp 40 miliar per KM, maka dengan asumsi panjang lintasan dari Tegineneng hingga ke Bakauheni sekitar 100 Km, maka setidaknya dibutuhkan anggaran Rp 3 triliun - Rp 4 triliun untuk membangun jalur.

Tentu jika ditambah dengan biaya pembangunan stasiun, TOD, dan hal lainnya, maka nilai proyeknya akan bertambah.

Selain itu, di Pelabuhan Merak juga sudah ada jalur KA. Posisi jalur KA tersebut akan ditata ulang. Dengan demikian, tinggal dikoneksikan dengan jalur KA dari Pelabuhan Bakauheni.

Meskipun ada yang ingin mengambil langkah singkat dengan membangun dan menyiapkan Pelabuhan Panjang untuk bisa memiliki fasilitas penghubung jalur KA ke Merak dan menyiapkan kapal khusus pengangkut gerbong KA.

Namun, opsi itu tidak akan baik dari sisi pengembangan kawasan. Pelabuhan Panjang akan sibuk dengan bongkar muat gerbong KA dan menimbulkan persoalan pada lintasan dalam kota.

Pelabuhan Panjang juga akan semakin sibuk dan membuka potensi terjadi pencemaran pada kawasan perairan Teluk Lampung. Hal ini bisa berdampak negatif pada industri perikanan dan pariwisata coastal area Lampung.

Pembangunan jaringan KA menuju ke Bakauheni adalah keniscayaan. Asalkan, seluruh persyaratan dokumen pengajuan usulan ke Kementerian Perhubungan sudah dilengkapi oleh pemerintah daerah Lampung.

Bakal banyak manfaat dengan adanya jalur KA ini untuk angkutan penumpang dan barang. Artinya, akan ada stasiun penumpang dan akan ada stasiun (terminal) barang (container).

Barang-barang tersebut, yang di-setting menunggu di beberapa stasiun/terminal barang, sepanjang jalur KA di Provinsi Lampung, akan menumbuhkan aktivitas ekonomi baru.

Jika kita kombinasikan dengan penataan rute angkutan umum dan membangun konektivitas antara angkutan bus dan KA di setiap kabupaten, maka KA akan menjadi backbound public transportation system di Lampung.

Apakah ini akan mengarah kesana? Sangat tergantung pada rencana dan komitmen pemda setempat. Yang jelas, demand-nya ada dan positive impact-nya sangat besar.

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan bahwa apa yang saya sampaikan di atas sudah dibuat kajiannya secara cukup baik oleh pemerintah pusat. Studi kelayakan (2002) dan Basic Design (2003-2005) sudah dibiayai oleh APBN.

Masalahnya sekarang sudah terjadi perubahan signifikan pada ruang wilayah dan sebaran serta munculnya program pembangunan strategis, yang mau tidak mau harus mengakomodasi tantangan masa kini dan masa depan.

Misalnya munculnya dermaga eksekutif dan konsep Bakauheni Harbour City yang akan mengubah lanskap ekonomi Lampung dan Sumatera kedepannya.

Lalu munculnya jalan tol trans Sumatera dan kawasan industri baru dalam wilayah Lampung yang pada akhirnya akan memberikan imbas pada jalur atau rute KA.

Saya kira perspektif pengambil kebijakan di pemerintah pusat pada saat ini sudah masuk ke fase yang membuka ruang dialog dan kemungkinan memunculkan KA di Bakauheni.

Transportasi darat ini akan sangat membantu mengurangi angkutan logistik di jalan raya. Ada banyak sekali benefit yang diperoleh, misalnya, menekan jumlah freight yang diangkut oleh jalan raya karena sebagian diakomodasi KA barang.

Kemungkinan munculnya "truk obesitas" juga dapat ditekan karena ada alternatif angkutan melalui KA.

Dengan begitu, laju kerusakan jalan dapat ditekan, kelancaran lalu lintas menghemat waktu perjalanan di jalan raya, dan biaya pemeliharaan jalan menjadi “relatif” lebih rendah. Soal kelayakannya silahkan dikaji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com