Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Keindahan Pantai Sembukan Wonogiri, Surga Kecil di Ujung Selatan Jawa Tengah

Kompas.com - 09/02/2023, 09:06 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

WONOGIRI, KOMPAS.com - Usai beramah tamah dengan warga Dusun Mendak, sekitar pukul 16.00 WIB, rombongan jelajah Geopark Gunung Sewu kembali menaiki dua mikrobus dan meluncur ke Pantai Sembukan, Senin (30/1/2023).

Dusun Mendak terletak di kawasan geosite Lembah Kering Purba Giritontro. Dari sana, butuh sekitar 25 menit untuk menuju pantai yang terletak di Desa Paranggupito, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Saat kami tiba, jauh dari tempat parkir suara deburan ombak telah terdengar. Tebing di seberang pantai juga sedikit terlihat.

Baca juga: Menyelisik Perjalanan Gunung Sewu Menjadi UNESCO Global Geopark Beserta 7 Situsnya di Wonogiri

Pada loket pintu masuk, setiap pengunjung dikenakan tiket Rp 5.000 saja. Kemudian wisatawan bebas menikmati keindahan pantai tersebut.

Begitu menuruni tangga, Kompas.com takjub dengan pemandangan pegunungan karst, tumpukan batuan gamping yang gagah dan hijaunya pepohonan di sekeliling bibir pantai.

Air laut berwarna biru, sisa reruntuhan batuan gamping yang memecah ombak, dipadukan dengan pasir putih, membuat panorama semakin eksotis.

Pantai Sembukan menjadi satu-satunya pantai di Wonogiri yang tergolong situs atau geosite milik Gunung Sewu Unesco Global Geopark. Hal itu karena kondisi morfologi batuan gampingnya dari bagian pegunungan karst yang terbilang menarik.

Di sebelah barat lokasi terdapat Pantai Klotok, Pantai Jojogan, dan Pantai Dadapan. Namun ketiganya tidak termasuk geosite Gunung Sewu yang diakui Unesco.

Pantai Sembukan relatif sepi, jika dibandingkan keenam pantai lainnya yang jadi geosite di sepanjang Gunung Sewu yang membentang di tiga kabupaten lintas provinsi, Gunung Kidul (DIY)-Wonogiri (Jateng)-Pacitan (Jatim).

Sore itu, hanya ada sekitar lima wisatawan di luar rombongan kami. Semua asyik berpencar mendekati reruntuhan batuan gamping di bibir pantai untuk berswafoto dengan latar laut biru dan patahan tebing pegunungan karst itu.

Mengingat hari mulai gelap, Kompas.com menyempatkan untuk menaiki puncak tebing di sebelah barat pantai dengan menapaki ratusan anak tangga.

Jarak yang ditempuh kurang lebih 1 km dan memerlukan  waktu sekitar 15 menit jalan kaki. Hanya saja medan yang menanjak, cukup menguras tenaga kami.

Saat menaiki tangga menuju puncak, di sebelah kanan terlihat biru laut Pantai Klotok. Tak kalah eksotis, pantai itu memiliki sisa reruntuhan dermaga mangkrak dan pemecah ombak buatan.

Saat kembali berjalan, mata ini disuguhi barisan ribuan bukit karst Gunung Sewu bak tembok raksasa yang membentang dari Gunung Kidul hingga Pacitan.

Baca juga: Gunung Batur, Pemilik Geopark Pertama di Indonesia yang Diakui UNESCO

Setibanya di puncak tebing, Ahli Geologi UPN Veteran Yogyakarta Jatmiko menceritakan proses terbentuknya pantai yang dikontrol oleh patahan batuan gamping itu.

“Setiap lekuk teluk ini awalnya matinya gunung api purba, (dulu) masih gunung api bawah laut, maka tumbuhlah batu gamping ini yang kita lihat berlapis-lapis itu,” terangnya kepada Kompas.com.

Lapisan demi lapisan batuan gamping tumbuh dan menempel pada gunung api purba. Kemudian gunung api terangkat ke atas permukaan laut pada 10 juta tahun lalu. Ini menjadikan pegunungan selatan didominasi batuan gamping.

“Nah kemudian karena sifat batu gamping mudah larut, mudah pecah, banyak retakan, setiap terkena ombak laut, maka terjadi abrasi, terkikis. Maka retakan-retakan yang sejajar dengan pantai itu ambrol, sehingga akan terbentuk pantai terjal yang disebut cliff (tebing/jurang),” lanjut Jatmiko.

Selanjutnya, dia menambahkan bila di bibir pantai tidak diberi pemecah ombak, maka akan mempercepat abrasi. Lalu akses jalan beraspal di atasnya bakal tergerus dan garis pantai terus mundur.

Baca juga: Banyak Rumah Warga Rusak akibat Angin Kencang, GM Ijen Geopark: Bukit Sudah Mulai Hilang...

“Kalau untuk bisa dipertahankan untuk wisata ya di bawahnya harus diberi pemecah ombak, atau kalau (patahan batu gamping yang terkikis ombak) sudah ada yang jatuh seperti itu dibiarkan, jangan malah dibuang, karena dia sebagai pemecah ombak alami,” jelas Jatmiko.

Lebih lanjut, di samping daya tarik panorama yang sangat menawan, warga lokal rutin mengadakan upacara adat setiap malam satu suro. Hal itu terkait dengan kepercayaan tentang fungsi pantai sebagai pintu ke-13 Nyi Roro Kidul.

Dari informasi yang kami himpun, pada momen tersebut warga biasanya beramai-ramai berkunjung ke juru kunci yang tinggal atas bukit Pantai Sembukan. Kemudian mereka mengantre untuk mendapat wejangan hidup.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dispora) Wonogiri, Haryanto menyebutkan dari enam situs atau geosite yang ada di Wonogiri, baru Gua Tembus yang memiliki visibilitas atau dapat diakses wisatawan dengan baik.

Sementara situs lainnya masih memerlukan dorongan berbagai pihak agar layak dikunjungi dan dapat dipromosikan secara masif.

“Dari Pemprov Jateng memberikan bantuan Rp 5 miliar untuk penataan geosite Pantai Sembukan, jadi praktis di 2023 ada dua geosite yang sudah tertangani dan bisa kita jual dan patut kita promosikan,” ungkap Haryanto.

Baca juga: Pantai Pangumbahan di Sukabumi: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Usai menikmati makan malam dan penampilan kethek ogleng di Votel Green Resort, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko membuka diskusi bersama rombongan Jelajah Geopark Gunung Sewu.

“Tampak bedanya Pawonsari (Pacitan-Wonogiri-Wonosari) ini dengan bentang alam lainnya, karena (pegunungannya) akan nampak seperti tumpeng yang ditata. Kalau dijumlah, jumlahnya orang dulu itu seribu itu banyak, disitulah nama Gunung Sewu itu,” ungkapnya.

Dalam diskusi itu, pihaknya mengajak semua pemangku kepentingan agar fokus menggarap geosite di Wonogiri untuk menyejahterakan masyarakat.

“Penetapan geopark itu bukan untuk memuja-muja kehebataan saja, tapi tujuannya untuk kesejahteraan dari masyarakat yang hidup dalam geoheritage, geopark itu. Jadi kalau tujuannya enggak sampai ya mending tidak usah,” katanya.

Baca juga: Pantai Kura-kura di Lombok: Daya Tarik, Biaya, dan Rute

Sujarwanto juga menyampaikan sejumlah arahan untuk pengembangan geopark tersebut. Seperti menambah papan penunjuk arah di jalan provinsi hingga kabupaten secara rinci.

Selanjutnya memperbaiki fasilitas yang belum lengkap di setiap geosite untuk kemudian dipromosikan. Lalu melibatkan budaya masyarakat setempat menjadi bagian dalam Gunung Sewu Unesco Global Geopark.

“Ayo menghidupkan napas dari global geopark untuk Pawonsari ini. Fisiknya jelas karst, tapi jadi bermakna kalau ada ruhnya, ruhnya ya budaya kita bagaimana hidup dalam karst, bukan hanya pertunjukan saja, tapi juga way of life, cara hidup masyarakat, bagaimana masakannya, cara bercocok tanam, cara hidup bersama karst itu,” tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kronologi Hilangnya Gadis Asal Karanganyar di Malam Takbiran hingga Ditemukan Tewas Tertutup Plastik

Kronologi Hilangnya Gadis Asal Karanganyar di Malam Takbiran hingga Ditemukan Tewas Tertutup Plastik

Regional
Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Regional
Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Regional
Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Regional
Aduan Tarif Parkir 'Ngepruk' di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Aduan Tarif Parkir "Ngepruk" di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Regional
Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Regional
Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Regional
5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

Regional
Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Regional
Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Regional
Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Regional
Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Regional
2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

Regional
Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Regional
Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com