SEMARANG, KOMPAS.com - Kota Semarang memiliki banyak cerita sejarah yang berkaitan dengan Kolonial Belanda. Siapa sangka, di sebuah gedung tepi Jalan MT Haryono, terdapat Perpustakaan Buku Bahasa Belanda yang masih kokoh bediri.
Tepatnya di Jalan MT Haryono, Nomor 360, Jagalan, Kota Semarang.
Gedung tua tersebut tampak sepi dari pengunjung. Pintu utama yang memanjang dari kayu juga terkunci rapat. Yang ada hanya lah dua orang pegawai yang sedang berjaga.
Baca juga: Berkunjung ke Maganol, Toko Layang-layang Legendaris yang Berdiri sejak 1970 di Kota Semarang
Perpustakaan buku satu ini memang bukan seperti perpustakaan pada umumnya. Jika biasanya terdapat banyak rak-rak buku, meja, dan kursi, Perpustakaan Buku Bahasa Belanda yang dikelola oleh Yayasan Widya Mitra ini hanya memajang sebagian koleksi buku berbahasa Belanda.
Pengelola Gedung Widya Mitra atau sering disebut Gedung 360, Meity Setianingrum, menuturkan, Pepustakaan Buku Bahasa Belanda ini sudah mulai eksis sejak 1970-an. Bahkan, jauh sebelum adanya Yayasan Widya Mitra.
Dulunya, Meity menyebut, selain disebut sebagai Perpustakaan Bahasa Belanda, perpustakaan ini juga dijuluki sebagai ruang bacaan Semarang.
"Itu sekitar tahun 1970. Waktu itu, perpus masih berdiri sendiri karena mendapat support pendanaan dari kedutaan sampai tahun 1994. Lalu mulai tahun 1995, perpustakaan dikelola bersama-sama dengan kursus bahasa Belanda, yang kemudian dinaungi oleh Widya Mitra," tutur Meity kepada Kompas.com, Jumat (3/2/2023).
Tak heran, Perpustakaan Buku Bahasa Belanda ini sempat berpindah tempat beberapa kali. Diantaranya, di Stadion Diponegoro pada 1998, lalu pindah ke Jalan Imam Bardjo pada 1999 sampai 2004. Kemudian 2004 hingga 2014 di Jalan Singosari, baru 2015 hingga saat ini di Jalan MT Haryono.
Lebih jelas Meity mengatakan, kondisi perpustakaan saat ini sudah jauh lebih sepi dibanding keadaan puluhan tahun lalu. Bahkan, tidak ada satupun orang yang berkunjung menilik Perpustakaan Buku Bahasa Belanda ini.
Baca juga: Biden Akui Dokumen Rahasia AS Ditemukan di Perpustakaan Pribadinya
"Terus terang peminatnya menurun. Terutama internet berkembang, akses orang untuk membaca lebih banyak yang mencari di internet ketimbang datang langsung dan duduk. Jadi untuk orang berkunjung ke sini itu nyaris hampir tidak ada," jelas Meity.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.