Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Beras Mahal di Pasaran, Bupati Wonogiri: Petani Tidak Nikmati Apa-apa

Kompas.com - 27/01/2023, 09:14 WIB
Muhlis Al Alawi,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

WONOGIRI, KOMPAS.com - Bupati Wonogiri, Joko Sutopo menyatakan kendati harga beras mahal di pasaran, namun petani tidak menikmati keuntungannya.

Saat ini, petani justru harus dihadapkan pada ongkos produksi yang semakin mahal menyusul makin berkurangnya jenis pupuk yang disubsidi pemerintah.

“Beras mahal yang nikmati bukan petani. Sayang dong yang menikmati bukan petani. Maka mata rantai niaga harus diputus dan dipersempit,” kata Joko Sutopo kepada Kompas.com, Jumat (27/1/2023).

Baca juga: Jelang Ramadhan, Bulog Maluku Datangkan 2.175 Ton Beras

Menurut pria yang akrab disapa Jekek itu, semestinya petani punya akses langsung ke Bulog. Jadi petani bisa menikmati harga pembelian pemerintah (HPP).

Hanya saja, saat ini petani tidak bisa menikmati HPP dari pemerintah lantaran petani dan gapoktan terhalang dengan pelaku yang namanya tengkulak. Tragisnya, para tengkulak membeli hasil panen petani seenaknya.

“Selama ini petani hanya akses ke tengkulak. Sementara tengkulak tidak ada standardisasi. Tengkulak biasa mendesak 'kamu segini kalau tidak juga tidak apa-apa' atau harga suka-suka Mau tidak mau akhirnya dilepas. Dan susahnya lagi petani dihadapkan pada biaya produksi yang semakin tinggi, pupuk tidak semua bisa subsidi akhrnya beli non-subsidi berakibat biaya produyksi tinggi,” kata Jekek.

Bagi Jekek, bila HPP mau dinikmati petani maka harus dijalin kerja sama antara petani dan Bulog. Tak hanya itu harus ada pendampingan, pelatihan sehingga petani dapat memproduksi beras sesuai kualifikasi bulog.

“Kenapa tidak jalin kerja sama dalam bentuk MOU atau apa agar gapoktan yang sudah berbadan hukum itu bisa mengelola potensinya dengan baik. Bila mampu mengelola potensi dengan baik maka harus ada mitra kerja yakni bulog. Dengan seperti itu yang mengantar beras ke bulog itu gapoktan bukan lagi para tengkulak,” tutur Jekek.

Ia menegaskan, Bulog semestinya memberikan pelatihan bagi gapoktan bagaimana mengelola produk pasca-panen itu seperti apa.

Baca juga: Ridwan Kamil: Jawa Barat Tidak Boleh Impor Beras karena Kita Berlebih

Dengan demikian, beras yang membawa ke gudang Bulog bukan tengkulak dan pelaku bisnis. Tetapi produsen yang dilatih dan dijadikan sebuah mitra kerja dalam jangka panjang. “Kalau ini bisa terjadi maka petani bisa mudah akses ke pemerintah,” jelas Jekek.

Untuk memutus mata rantai menjadi kewenangan pemerintah. Hanya saja kewenangan itu bukan menjadi otoritas pemerintah daerah melainkan pemerintah pusat.

Terkait penggunaan sistem resi gudang dengan model tunda jual, Jekek mengungkapkan syaratnya berat lantaran petani harus mendepositokan hasil panen minimal sebanyak 10 ton.

Sedangkan hal tersebut tidak mungkin dilakukan mengingat banyak petani yang memiliki lahan terbatas dan statusnya banyak penggarap.

Agar harga beras murah, Jekek menyatakan stabilitas harga dapat dijaga per karisidenan di setiap propinsi. Untuk itu harga tidak akan mengalami kemahalan di pasaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indeks SPM Bidang Pendidikan HST Tertinggi Se- Kalsel, Bupati Aulia: Gambaran Pendidikan

Indeks SPM Bidang Pendidikan HST Tertinggi Se- Kalsel, Bupati Aulia: Gambaran Pendidikan

Regional
Sidak ke Toko Modern, Tim Gabungan di Solo Temukan Makanan Kedaluwarsa yang Masih Dijual

Sidak ke Toko Modern, Tim Gabungan di Solo Temukan Makanan Kedaluwarsa yang Masih Dijual

Regional
TNI AL Sita Rokok Ilegal Senilai Rp 2 Miliar di Labuan Bajo

TNI AL Sita Rokok Ilegal Senilai Rp 2 Miliar di Labuan Bajo

Regional
Kasus Nenek di Kupang yang Dituduh Santet Diselesaikan Secara Adat

Kasus Nenek di Kupang yang Dituduh Santet Diselesaikan Secara Adat

Regional
PDI-P Blora Masih Rahasiakan Caleg yang Isi Kursi DPRD

PDI-P Blora Masih Rahasiakan Caleg yang Isi Kursi DPRD

Regional
2 Pembunuh Penjual Madu Baduy di Serang Banten Ditangkap

2 Pembunuh Penjual Madu Baduy di Serang Banten Ditangkap

Regional
131.703 Jiwa Terdampak Banjir Demak, Bupati Pastikan Bantuan Tersalurkan secara Bertahap

131.703 Jiwa Terdampak Banjir Demak, Bupati Pastikan Bantuan Tersalurkan secara Bertahap

Regional
Remaja 17 Tahun Bunuh Anggota Polisi di Losmen Lampung Tengah, Korban Sempat Dicekoki Miras

Remaja 17 Tahun Bunuh Anggota Polisi di Losmen Lampung Tengah, Korban Sempat Dicekoki Miras

Regional
Rute dan Tarif Bus Dieng Indah Executive Jakarta-Wonosobo

Rute dan Tarif Bus Dieng Indah Executive Jakarta-Wonosobo

Regional
Video Joget Erotisnya Saat Gerebek Sahur Viral di Media Sosial, Wanita di Kalsel Minta Maaf

Video Joget Erotisnya Saat Gerebek Sahur Viral di Media Sosial, Wanita di Kalsel Minta Maaf

Regional
Karyawan Bank di Aceh Timur Tipu PNS untuk Tarik Uang Ratusan Juta

Karyawan Bank di Aceh Timur Tipu PNS untuk Tarik Uang Ratusan Juta

Regional
Cair Pekan Depan, THR ASN di Kota Magelang Capai Rp 19 Miliar

Cair Pekan Depan, THR ASN di Kota Magelang Capai Rp 19 Miliar

Regional
Mayat di Tanara Serang Ternyata Penjual Madu asal Bandung Barat

Mayat di Tanara Serang Ternyata Penjual Madu asal Bandung Barat

Regional
Pemkot Semarang dan KPK Koordinasi Cegah Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa Proyek Strategis 

Pemkot Semarang dan KPK Koordinasi Cegah Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa Proyek Strategis 

Regional
Lancang Kuning Carnival Bakal Digelar, Pj Gubernur Riau: Bakal Promosikan Produk dan Karya Anak Muda

Lancang Kuning Carnival Bakal Digelar, Pj Gubernur Riau: Bakal Promosikan Produk dan Karya Anak Muda

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com