Sesuai dengan namanya, kesenian batombe dilakukan dengan berbalas pantun antara individu dan kelompok.
Dalam bahasa abai, tombe memiliki tiga makna, yaitu tiang atau tegak, musyawarah atau mufakat, dan bersatu.
Tombe menjadikan masyarakat bersatu, bekerjasama manjapuik baban nan jauah, pambao baban nan barek (menjemput beban yang jauh, pembawa beban yang berat).
Kesenian batombe adalah seni berbalas pantun yang dimainkan oleh dua orang laki-laki dan perempuan, atau berkelompok.
Para pemain disebut pendendang dan biasanya pendendang merangkap sebagai pengiring.
Dendang pantun dalam kesenian batombe biasanya merupakan ungkapan perasaan dan cerita perjalanan hidup.
Dalam pelaksanaannya, dendang pantun tersebut akan mengalir dengan sendirinya tanpa panduan khusus.
Menariknya, lantunan pantun seringkali menggambarkan keadaan faktual, sehingga penikmat senang berlama-lama menyaksikannya. Bahkan kesenian ini juga sering melibatkan penonton.
Baca juga: Tradisi Pantun Melayu: Pengertian, Jenis, dan Contoh
Untuk menjadi pendendang tidak ada batasan usia, mulai remaja hingga orang tua.
Tidak ada pendidikan khusus juga untuk menjadi pendendang.
Menjadi pendangdang batombe biasanya dipelajari dari kebiasaan menonton pertunjukan batombe dan mencoba mempratekkannya.
Sedangkan, pemain musik atau pengiring bisanya dilakukan oleh laki-laki yang familiar dengan alat musik. Alat musik yang digunakan biasanya rebab.
Saat ini, batombe berkembang dalam acara perkawinan, pembangunan rumah, memasuki rumah, menyambut tamu, dan batagak penghulu.
Perkembangan tersebut diikuti dengan aksesori yang digunakan dan musik pengiring.
Batombe yang berfungsi untuk memberi semangat di masa lalu berkembang menjadi hiburan masyarakat.
Sumber:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.