Dikutip dari laman Kompas.TV, pada perayaan Imlek tahun 2022, Klenteng Hok Tiek Hian yang merupakan klenteng tertua di Kota Surabaya ini sempat menggelar pertunjukkan Wayang Potehi sebagai penghormatan untuk para dewa di klenteng.
Pertunjukkan Wayang Potehi ini menjadi sarana untuk menyampaikan rasa terima kasih, pujian, dan doa kepada para dewa dan leluhur.
Maka tidak mengherankan apabila kesenian ini kemudian berkembang di sekitar klenteng atau vihara, terutama yang terletak di sekitar pantai utara Jawa.
Wayang Potehi sempat eksis di Semarang pada tahun 1950-an walau pertunjukkan ini bukanlah kesenian asli di wilayah tersebut.
Namun keluarnya Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan, Dan Adat Istiadat Cina turut membuat kesenian Wayang Potehi seakan menghilang.
Bahkan pada masa Orde Baru antara tahun 1966-1988, Wayang Potehi sempat dimainkan secara sembunyi-sembunyi.
Namun setelah Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 dikeluarkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid, kondisi lantas membaik.
Wayang Potehi kembali berkembang bahkan kerap dipertunjukkan di beberapa daerah seperti di Semarang, Surabaya, Jombang, hingga di Depok, Jawa Barat.
Namun seiring perkembangan zaman kepopuleran Wayang Potehi seakan kembali meredup.
Kini masyarakat Tionghoa hanya dapat menikmati pertunjukkan Wayang Potehi pada momen-momen atau perayaan tertentu saja.
Sumber:
warisanbudaya.kemdikbud.go.id
interaktif.kompas.id
kompas.tv
tribunnews.com
regional.kompas.com (Penulis: Kontributor Semarang, Sabrina Mutiara Fitri, Editor : Ardi Priyatno Utomo)