KOMPAS.com - Baru-baru ini ramai soal kuliner Nasi Minyak di Surabaya yang disebut menggunakan minyak jelantah dalam campurannya.
Dalam sebuah unggahan video yang berdurasi 49 detik di media sosial Twitter, terlihat seorang pedagang menyajikan nasi dengan sambal kemudian ditambahkan minyak jelantah atau minyak yang bekas menggoreng makanan lain.
Tidak hanya itu, banyak yang menyangka bahwa nasi minyak tersebut adalah kuliner khas Palembang.
Lantas benarkah nasi minyak yang ada di Surabaya sama dengan nasi minyak khas Palembang?
Budayawan Sumatera Selatan (Sumsel), Vebri Al Lintani menjelaskan, viralnya nasi minyak yang ada di Surabaya tersebut jelas berbeda dengan nasi minyak khas Palembang.
Baca juga: Dianggap Tidak Sehat, Ini Alasan Kenapa Nasi Minyak Digemari di Indonesia
Menurutnya, jika nasi yang dijual di Surabaya tersebut menggunakan minyak jelantah sebagai campurannya, di Palembang nasi minyak justru menggunakan bahan masakan yang kaya akan rempah.
"Jelas tidak bisa disandingkan ya, karena berbeda. Kalau nasi minyak khas Palembang bahannya kan rempah-rempah, yang ditumis kemudian yang khasnya itu pakai minyak samin," ujarnya saat diwawancarai via telepon, Minggu (22/1/2023).
Dari sejarahnya, nasi minyak makanan hasil dari akulturasi dari Arab dan Melayu yang dibawa masuk pada masa Kesultanan Palembang Darussalam.
Selama ini banyak nasi khas timur tengah, Arab dan India memiliki rasa kari yang kuat, namun makanan ini ternyata tidak cocok dengan lidah orang pribumi di Palembang.
Pada masa itu, nasi minyak dibuat dengan rempah-rempahnya yang sudah ditakar agar cocok dengan cita rasa khas Palembang.
"Ada campuran rempah-rempah seperti jintan, kunyit, pala, yang rasanya sudah disesuaikan dengan lidah orang Melayu," tambahnya.
Baca juga: Mengenal Nasi Minyak Asli Palembang, Bukan Berkuah Jelantah seperti yang Viral di Medsos
Tidak hanya itu, nasi minyak ternyata disajikan untuk bangsawan Kesultanan Palembang Darussalam sekitar tahun 1659 hingga tahun 1825.
Vebri bercerita, setelah melaksanakan shalat jumat para bangsawan dan tamu-tamu kehormatan biasanya akan dihidangkan nasi minyak yang disajikan dengan lauk pendamping mulai dari ayam kecap, kari daging, malbi daging, sayur buncis, sambal buah dan lainnya.
"Orang mungkin tau dengan nasi briyani, nasi kebuli, nah orang Palembang kalau belum diolah menjadi nasi minyak banyak yang kurang suka," ujar Vebri.
Baca juga: Menikmati Nasi Minyak, Makanan Khas Palembang yang Dulu Disantap Keluarga Sultan
Nasi minyak juga disajikan pada hari-hari besar, seperti saat Idul Fitri, Idul Adha, pernikahan, bulan Ramadhan atau pada acara keagamaan Islam lainnya.
Meskipun pada masa Kesultanan Palembang nasi minyak dianggap makanan bangsawan, saat ini kuliner ini sudah banyak dijual dengan cita rasa yang masih sama seperti zaman dulu.
"Kalau sekarang sudah banyak ya yang jual, orang-orang juga kalau ke Palembang banyak yang mencari nasi minyak," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.