SEMARANG, KOMPAS.com - Bagi warga Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), tentu tak asing dengan Kelenteng Sam Poo Kong yang terletak di Jalan Simongan, Kecamatan Semarang Barat.
Kelenteng Sam Poo Kong juga sering disebut sebagai kelenteng Agung disinyalir menjadi kelenteng paling tua di Ibu Kota Jawa Tengah itu.
Kedatangan armada Laksamana Cheng Hoo dari China pada 1401 di pantai Semarang menjadi cikal bakal berdirinya Kelenteng Sam Poo Kong.
Baca juga: Atraksi Barongsai hingga Jatilan Akan Meriahkan Perayaan Imlek di Sam Poo Kong Semarang
Laksamana Cheng Hoo merapatkan kapalnya di pantai Semarang karena salah satu awak kapalnya bernama Wang Jing Hong atau Kiai Juru Mudi sakit keras.
Hal itu membuat Kiai Juru Mudi tak bisa melanjutkan perjalannya. Awak kapal Laksamana Cheng Hoo itu memilih untuk tinggal di Kawasan Sam Poo Kong.
Pada tahun 1417, Kiai Juru Mudi mendirikan patung Laksamana Cheng Hoo di Kawasan Sam Poo Kong untuk dihormati dan dikenang oleh warga Tionghoa yang ada di Kawasan Sam Poo Kong.
"Dulu sini memang pesisir, kita bangun Kelenteng Sam Poo Kong secara resmi pada 1965 dan dipugar tahun 2002," jelas Ketua Yayasan Sam Poo Kong Mulyadi Setiakusuma saat ditemui di Kelenteng Sam Poo Kong, Jumat (20/1/2023).
Dia menjelaskan, Kawasan Sam Poo Kong pernah menjadi permukiman warga Tionghoa sebelum dipindahkan ke Pecinan, Kota Semarang.
"Dipindahkan ke Pecinan karena Belanda dan VOC waktu itu takut kalau ada pemberontakan," kata Mulyadi.
Sebelum tanah seluas 3,6 hektar ini dibeli oleh orangtua Oei Tiong Ham, warga Tionghoa yang datang untuk ziarah ke Kelenteng Sam Poo harus bayar upeti.
"Akhirnya tanahnya dibeli ayah Oei Tiong Ham. Setelah itu warga yang datang ke sini gratis," ungkap dia.
Kelenteng Sam Poo Kong mempunyai sumber air yang digunakan oleh Laksamana Cheng Hoo dan Kiai Juru Mudi ketika hidup di Kawasan Sam Poo Kong.
"Ini air meski kemarau tak pernah kering," kata Mulyadi.
Baca juga: Jelang Imlek, Harga Daging Babi di Kota Pontianak Tembus Rp 160.000 Per Kg
Sumber air tersebut berada di dalam gua batu yang pernah dijadikan tempat untuk merawat Kiai Juru Mudi ketika sakit keras ketika melakukan pelayaran.
"Sumber air yang asli ada di bawah namun tidak dibuka untuk umum," ujarnya.