Menurutnya, cagar biosfer adalah kawasan yang harus dilindungi, tetapi konservasi hanya sekadar kata tanpa realisasi.
Kerusakan terumbu karang tetap terjadi karena banyak faktor, salah satunya aktivitas pengeboman ikan dengan potasium. Selain itu, penggunaan pestisida pada aktivitas pertanian jagung dan rusaknya hutan.
Ia menjelaskan, ada perbedaan kerusakan pada terumbu karang di Teluk Saleh dan Pulau Moyo.
Di Teluk Saleh, kerusakan mudah terjadi akibat ulah manusia maupun alam, seperti sedimentasi yang tinggi karena banyaknya sungai maupun tambak yang tidak menggunakan saringan.
"Masifnya penanaman jagung, pestisida dari bonggol jagung langsung di bawah ke laut saat banjir dan berdampak pada kerusakan keanekaragaman hayati kita," imbuh Ari.
Baca juga: Pemprov NTB Akan Tindak Tegas Pedagang Chiki Ngebul yang Gunakan Nitrogen Cair
Sedangkan di Pulau Moyo, saat ini sudah aman dari pengeboman maupun sedimentasi.
"Kita kerap bicara dampak perubahan iklim akhir-akhir ini, tetapi sedikit yang mau melakukan di lapangan," kami tetap eksis tanpa anggaran pemerintah.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sumbawa, Rahmat Hidayat membenarkan adanya kerusakan terumbu karang.
"Iya benar ada kerusakan, tapi kami belum update datanya. Karena survei dilakukan oleh KKP dan DKP Provinsi," ungkapnya.
Rahmat mengatakan, terkait kondisi terumbu karang, pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena menyangkut kewenangan provinsi yaitu wilayah laut 0-12 mil.
"Kami selalu edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat jangan gunakan bom ikan (potasium) karena dapat merusak habitat terumbu karang dan habitat ekosistem laut," katanya.
Baca juga: Dinas LHK: Selama 4 Tahun, 2 Juta Ton Sampah Tidak Terkelola di NTB
Selain itu, sambungnya, kerusakan terumbu karang juga dipengaruhi oleh faktor perubahan iklim.
"Kami juga fasilitas kelompok masyarakat yang ingin lakukan konservasi dan transplantasi terumbu karang seperti Sumbawa Grow Up penanaman terumbu karang buatan," sebut Rahmat.
Menurutnya, dukungan dari pemda diberikan melalui dana APBD.
"Saya lupa tahun berapa intinya sebelum 2019," selanjutnya fasilitasi bantuan kapal, jaket pelampung, dan alat selam dari Kementerian Kelautan dan Perikanan kepada kelompok konservasi Sumbawa Grow Up.
Hal itu untuk mendukung pengawasan dan pemantauan terumbu karang.
Hampir di seluruh desa pesisir juga membentuk kelompok pengawas (Pokmaswas).
Di Teluk Saleh, dia mengeklaim telah melakukan koordinasi dengan semua stakeholder terkait pengembangan destinasi hiu paus.
"Akan ada penerbitan SK Gubernur dalam tata kelola destinasi wisata hiu paus di Teluk Saleh," kata Rahmat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.