SEMARANG, KOMPAS.com - Ada yang menarik saat bekunjung ke rumah salah satu warga Mlatibaru, Kota Semarang, Yuli Muhawati.
Puluhan tas berwarna coklat, topi, dan aksesoris lain terpampang rapi di rak dan meja kayu ruang tengah.
Tak hanya itu, terdapat pula dua mesin jahit yang sedang tidak beroperasi di sudut ruangan.
Di situlah Yuli, sapaan akrabnya, memproduksi dan memamerkan karya kerajinan tangan yang unik. Tepatnya di Jalan Mlatiharjo Raya Tengah, Mlatibaru, Semarang Timur.
Bukan sembarang kerajinan, seluruh karya yang diproduksi Yuli ini terbuat dari serat alam, seperti daun enceng gondok, daun pandan, kain goni, hingga pelepah pisang.
Awalnya, Yuli menuturkan, ide kreatifnya ini muncul lantaran melihat petani daun pandan di Kebumen yang belum bisa mengembangkan hasil kebun menjadi barang-barang kerajinan.
Berbekal bakat dan kemampuan yang dimiliki, Yuli mencoba menyulap daun-daun pandan itu menjadi produk kerajinan.
“Waktu itu ada saudara saya yang kerja di Kebumen jadi pendamping para petani. Nah, katanya, di sana petani daun pandan itu belum bisa memanfaatkan dengan baik, maka dari itu saya kepikiran buat kerajinan ini,” tutur Yuli, kepada Kompas.com, Selasa (17/1/2023).
Jauh sebelum memproduksi tas serat alam, imbuh Yuli, dirinya pernah membuat berbagai macam kerajinan tangan, seperti sulam pita kerudung, tas, dan berbagai suvernir.
Lantaran merasa kurang puas dengan karya-karya yang dibuat, Yuli memutuskan untuk beralih ke serat alam sejak tahun 2017.
Menurut Yuli, serat alam memiliki keunikan dan nilai estetika yang lebih.
Sehingga, dirinya berani fokus untuk mengembangkan kerajinan berbahan dasar serat alam.
“Dulu sebelum memproduksi tas serat alam, awal tahun 2009 saya pernah bikin sulam pita kerudung. Bahkan pernah ngirim ke Belanda. Selang berapa tahun, jadi banyak yang buat. Nah saya berpikir, berarti saya harus cari yang lain, biar berbeda dari orang kebanyakan,” tutur owner Mlatinwangi ini.
Yuli menuturkan, untuk memproduksi tas serat alam, dirinya perlu menyiapkan sejumlah alat dan bahan.
Di antaranya, serat alam yang sudah kering, pola gambar, lem, gunting, hingga mesin jahit.
Tentu, seluruh proses tersebut dilakukan dengan manual dengan tangan.
Dalam satu hari, Yuli menyebut, bisa menyelesaikan satu hingga dua produk tas serat alam.
“Prosesnya ada pemotongan, pengeleman, lalu dijahit. Ini juga pakai mesin jahit kain biasa. Mungkin satu hari bisa jadi dua produk, karena saya juga hanya dibantu satu pegawai,” ucap perempuan asal Semarang itu.