Kemudian, 12 ton buah-buahan tropis dari Banyuwangi kini telah di ekspor ke Eropa, Timur Tengah dan Singapura.
Produk Songket dari Deli Serdang, kini sudah banyak digunakan dan dikoleksi warga di Dubai, Australia, Jepang, Jerman, Malaysia, Singapura, dan Malaysia.
Baca juga: Kasus Penyimpangan Pengadaan Aplikasi Kembang Desa, Polisi Periksa 2 Kepala Dinas
Sebanyak 10 ton Porang dari Lombok Utara juga sudah masuk pasar Korea, Amerika dan Jepang.
Kopi dari Aceh, juga sudah bisa dinikmati di Inggris, Amerika Serikat, dan Belanda. Tepung Mocaf dari Banjarnegara juga sudah laku di Turki.
"Nilai ekspor produk dari desa, sudah tidak kurang dari Rp 20 miliar," kata Halim.
Ke depan lanjut dia, akan lebih banyak lagi, produk dari desa-desa di Indonesia, berupa kopi, beras organik, kopra, rumput laut, vanili, mete, produk anyaman, pisang cavendish, lada putih, hingga ikan koi siap bersaing secara kompetitif, dan siap diperdagangkan di pasar internasional.
Kelembagaan ekonomi desa, kata Mendes, juga kian menggerakkan dan meningkatkan ekonomi warga desa.
Baca juga: Dalam 7 Tahun, Pemerintah Sudah Kucurkan Rp 470 Triliun Dana Desa
Untuk meningkatkan ekonomi desa melalui Badan Usaha Milik Desa dan Badan Usaha Milik Desa Bersama, sepanjang tahun 2015-2022 dana desa telah dialokasikan Rp 5,8 triliun sebagai modal Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa).
Hasilnya, Kementerian Desa PDTT mencatat, ada Rp 1,8 triliun pendapatan asli desa yang bersumber dari pembagian hasil keuntungan BUMDesa di 60.417 desa.
Pada 2014, baru berdiri 8.189 BUM Desa. Kini, pad 2022, sebanyak 60.417 BUM Desa telah beroperasi.
Tercatat pula berdirinya 6.583 BUM Desa Bersama sebagai wujud kerja sama usaha antardesa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.