KOMPAS.com - Kabupaten Lebak, Banten, merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan wilayah megapolitan Jabodetabek.
Namun, kabupaten terluas di Provinsi Banten itu selama bertahun-tahun masuk daftar daerah yang dianggap tertinggal. Status itu baru lepas dari Lebak pada 2019.
Bupati Lebak Iti Octaviani Jayabaya mengatakan, pengembangan pariwisata menjadi salah satu cara untuk meningkatkan status daerahnya.
"Bukan hanya bergantung dengan APBD, tapi juga gali potensi untuk pembangunan," kata Iti dalam program Nusaraya di Kantor Kompas.com, Palmerah, Jakarta, Selasa (10/1/2023).
Baca juga: TPSA Regional Bakal Dibangun di Cileles Lebak, Dekat Akses Tol Serang-Panimbang
Meski bukan masuk daerah yang difokuskan pemerintah pusat untuk pengembangan pariwisata, Lebak menyimpan banyak potensi untuk menarik wisatawan berkunjung.
Iti menyebutkan, saat ini ada enam obyek wisata andalan daerahnya yang disebut six fantastic, yaitu Museum Multatuli, Pantai Bagedur, Pantai Sawarna, Saba Budaya Baduy, Kasepuhan Citorek, dan Kebun Teh Cikuya.
"Lebak bukan prioritas (pengembangan pariwisata), tapi kami berharap dengan dekatnya Lebak dengan Jakarta menjadi limpahan wisatawan ke Kabupaten Lebak," sebut Iti.
"Aksesnya juga mulai terbangun, dengan KRL dan Tol Serang-Panimbang," sambungnya.
Baca juga: Produk Kerajinan Bambu dari Lulusan SMA di Lebak Tembus Pasar Ekspor Belanda
Untuk mendukung geliat pariwisata di daerahnya, Iti juga ikut mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Investor yang masuk ke Lebak sampai diwajibkan mengadakan pelatihan untuk meningkat nilai jual produk-produk yang dihasilkan masyarakat.
Pegawai Pemerintah Kabupaten Lebak pun didorong untuk mengenakan produk lokal.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.