Magri mendengar, di Nunukan banyak warga Suku Timur, dan tengah booming kerja rumput laut.
Ketiganya pun tinggal di rumah sewa milik warga Kampung Timur yang disewa Rp 300.000 per bulan. Sekolah Delta di NTT pun terpaksa terhenti.
Megri harus banting tulang untuk membayar kontrakan sekaligus mencukupi kebutuhan makan anak anaknya.
‘’Hasil kerja cukup untuk makan saja. Itulah anak yang kecil mengalami stunting, susunya tidak terpenuhi dan sering sakit-sakitan,’’katanya lagi.
Kondisi tubuh Hofni memang kecil dibanding anak seusianya. Megri juga sadar bahwa kondisi anak bungsunya butuh asupan gizi dan perhatian serius.
Namun, keadaanlah yang menjadikan Megri belum bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
‘’Mau bagaimana lagi, saya berusaha bekerja. Tapi hasilnya belum bisa membelikan susu yang bagus buat si adik,’’kata Magri.
Saya ingin sekolah
Dalam hati kecil Magri, ia pun kasihan terhadap Delta yang harus dibebani pekerjaan yang belum semestinya.
Delta kerap memegang buku dan membahas gambar-gambar di dalamnya dengan adiknya.
Sebuah pemandangan yang membuat hatinya trenyuh dan sakit. Ibu mana yang tidak ingin anaknya senang, bisa bersekolah, dan bermain dengan teman temannya setiap hari.
‘’Delta tidak pernah bermain karena harus urus adiknya. Dia bermainnya hanya di dalam rumah saja berdua. Kasihan memang, tapi inilah keadaannya,’’tutur Magri.
Baca juga: Kisah Kakek Asuh 2 Balita Anak Korban Tragedi Kanjuruhan: Setiap Hari Mereka Tanya Mama di Mana...
Saat dikunjungi di rumah kontrakannya, Delta terlihat menyimak obrolan yang terjadi. Saat menyangkut sekolah, ia duduk mendekat dan terlihat ada keinginan kuat untuk sekolah yang tersirat di matanya.
Saat ditanya apakah ia ingin bersekolah kembali, tanpa ragu seperti sebelumnya, ia mengangguk mantap dan dengan lantang menjawab, ‘’Saya ingin sekolah".