Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

"Krisis Iklim Ini Nyata, Suami Kami Kehilangan Pekerjaan, Anak-anak Putus Sekolah"

Kompas.com - 02/01/2023, 16:51 WIB

BENGKULU, KOMPAS.com - Jilbab cokelat yang dikenakan Raniah (50) berkibar kencang diterpa angin laut saat mendatangi sejumlah rumah yang tinggal puing ambruk akibat abrasi di pantai Desa Pondok Kelapa, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu.

Matanya nanar menatap puing-puing rumah yang berserakan sesekali tatapannya ia lempar ke laut lepas Samudera Hindia yang membentang di pesisir Bengkulu sepanjang 525 kilometer.

Puluhan rumah di desa itu terlihat berada dekat dari bibir pantai menunggu waktu laut akan melumatnya.

"Lihatlah pemilik rumah ini bernama Muris, ia bersama keluarganya terpaksa pindah ke luar desa karena rumah dan tanahnya habis disapu abrasi. Tertinggallah puning-puing saja. Kami mulai resah, kami ingin menghentikan abrasi tapi tak mampu," kata Raniah yang didaulat para perempuan Desa Pondok Kelapa sebagai Ketua Kelompok Perempuan Sungai Lemau, di desanya itu, Selasa (2/1/2023).

Baca juga: Jejak Sejarah Peradaban yang Terancam Tenggelam karena Krisis Iklim

Bersama ratusan perempuan desa setempat Raniah membentuk organisasi Perempuan Sungai Lemau yang berjuang menyuarakan keresahan kelompok perempuan agar abrasi segera diatasi.

Sejumlah kegiatan mereka lakukan mulai dari menanami mangrove sepanjang pesisir hingga berkirim surat pada pemerintah agar abrasi di kampungnya dapat dihentikan.

"Aksi perempuan desa menyelamatkan kampung dari abrasi selalu gagal, kami pernah menanam mangrove di sepanjang pantai namun habis tersapu ombak, ombak laut Samudera Hindia memang ganas. Kami berkirim surat ke bupati, DPRD, gubernur, juga dilakukan namun belum ada titik terang," keluhnya.

Kepada Kompas.com, Raniah mengisahkan 20 tahun silam, saat abrasi belum menggila, warga desa setempat bekerja sebagai nelayan dayung, dan petani kelapa.

Abrasi parah terjadi di Bengkulu akibatkan nelayan, perempuan kehilangan pekerjaan serta anak-anak putus sekolahKOMPAS.COM/FIRMANSYAH Abrasi parah terjadi di Bengkulu akibatkan nelayan, perempuan kehilangan pekerjaan serta anak-anak putus sekolah

Hidup makmur mereka rasakan. Hasil laut melimpah sedangkan buah kelapa terus berbuah.

Namun ujian melanda ketika laut perlahan menenggelamkan perkebunan kelapa serta melumat tempat pendaratan ikan bagi nelayan.

"Daratan kami hilang sejauh 1 kilometer sejak 20 tahun terakhir, ratusan hektar kebun kelapa dan tempat pendaratan nelayan hilang. Alhasil suami kami bekerja sebagai nelayan menjadi pengangguran sementara kaum perempuan yang sebelumnya bekerja sebagai penjual ikan kering turut kehilangan pekerjaan," kenang Raniah.

Baca juga: Terdampak Abrasi, 35 KK di Pesisir Kota Mataram Diusulkan Pindah

Raniah mengatakan dahulu saat laut masih bersahabat dari pendapatan menjual ikan kering kaum perempuan bisa mengumpulkan uang Rp 3 juta per bulan ditambah menjual kelapa sekitar Rp 1 juta per bulan, total pendapatan sekitar Rp 4 juta.

Itu belum ditambah hasil tangkapan ikan dari kaum pria.

"Per bulan bisalah mendapatkan uang Rp 6 jutaan kala itu. Namun, sekarang semua tinggal cerita. krisis Iklim ini nyata. Suami kami kehilangan pekerjaan, anak-anak putus sekolah," kenangnya.

Para kaum bapak dan ibu yang kehilangan pekerjaan akibat abrasi bertahan hidup bekerja serabutan menjadi buruh harian, kuli, tukang hingga memungut buah kelapa sawit sisa (brondol) di sebuah perkebunan swasta terdekat.

"Bapak-bapak jadi kuli, buruh, itu juga kalau ada pekerjaan kalau tidak mereka menganggur. Sementara ibu-ibunya jadi tukang pungut buah brondol sawit di perusahaan, ada juga yang membuka kantin jajanan. Namun, tutup pula dilanda pandemi Covid-19," ungkap Raniah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Dugaan Korupsi Cukai Rokok di Tanjungpinang, 13 Saksi Diperiksa KPK

Dugaan Korupsi Cukai Rokok di Tanjungpinang, 13 Saksi Diperiksa KPK

Regional
Timnas Kecewa soal Piala Dunia U-20, Ganjar Berpesan: Harus Tetap Semangat Terus, Ini Bukan Kiamat

Timnas Kecewa soal Piala Dunia U-20, Ganjar Berpesan: Harus Tetap Semangat Terus, Ini Bukan Kiamat

Regional
Tak Ada Peningkatan Jumlah Pelintas Batas Timor Leste-RI pada Ramadhan

Tak Ada Peningkatan Jumlah Pelintas Batas Timor Leste-RI pada Ramadhan

Regional
Piala Dunia U-20 Batal di Solo, DPRD: Tidak Rugi, Renovasi Jangka Panjang

Piala Dunia U-20 Batal di Solo, DPRD: Tidak Rugi, Renovasi Jangka Panjang

Regional
Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Gibran Bakal Carikan Event Pengganti Bertaraf Internasional

Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Gibran Bakal Carikan Event Pengganti Bertaraf Internasional

Regional
Gubernur Sumsel Akui Banyaknya Anggaran yang Dialihkan untuk Piala Dunia U-20: Ini yang Kita Sedihkan

Gubernur Sumsel Akui Banyaknya Anggaran yang Dialihkan untuk Piala Dunia U-20: Ini yang Kita Sedihkan

Regional
Diamnya Jokowi dan Kecewanya Gibran Saat Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20...

Diamnya Jokowi dan Kecewanya Gibran Saat Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20...

Regional
Renovasi Stadion Manahan Tetap Dilanjutkan Meski Piala Dunia U-20 Batal Digelar di Solo

Renovasi Stadion Manahan Tetap Dilanjutkan Meski Piala Dunia U-20 Batal Digelar di Solo

Regional
Sosok Pria di Langkat yang Tewas Dibakar Massa Saat Mabuk, Residivis yang Pernah Bunuh Istri Sendiri

Sosok Pria di Langkat yang Tewas Dibakar Massa Saat Mabuk, Residivis yang Pernah Bunuh Istri Sendiri

Regional
Tujuh Remaja yang Akan Perang Sarung Menangis di Kantor Polisi Saat Sungkem ke Orangtua

Tujuh Remaja yang Akan Perang Sarung Menangis di Kantor Polisi Saat Sungkem ke Orangtua

Regional
Ganjar Persilakan Dirinya Dihujat Setelah Indonesia Batal Gelar Piala Dunia U-20: Tapi Jangan Serang Istri dan Anak Saya

Ganjar Persilakan Dirinya Dihujat Setelah Indonesia Batal Gelar Piala Dunia U-20: Tapi Jangan Serang Istri dan Anak Saya

Regional
Soal Piala Dunia U-20, Gubernur Sumsel: Kasihan Timnas Kita yang Berlatih Bertahun-tahun

Soal Piala Dunia U-20, Gubernur Sumsel: Kasihan Timnas Kita yang Berlatih Bertahun-tahun

Regional
Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Ganjar: Yo Kecewalah!

Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Ganjar: Yo Kecewalah!

Regional
Ganjar Kecewa karena FIFA Batalkan Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Ini Alasannya

Ganjar Kecewa karena FIFA Batalkan Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Ini Alasannya

Regional
Kronologi Pria di Langkat Tewas Dibakar Massa Saat Mabuk, Korban Ancam Perempuan dengan Parang

Kronologi Pria di Langkat Tewas Dibakar Massa Saat Mabuk, Korban Ancam Perempuan dengan Parang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke