KOMPAS.com - Goa Gajah terletek di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatu, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.
Goa Gajah adalah goa buatan yang berfungsi sebagai tempat ibadah.
Tak mengherankan, jika Goa Gajah yang juga merupakan Situs Pura Goa Gajah ini menarik wisatawan karena sejarah dan keunikannya.
Goa Gajah merupakan kata yang berasal dari "Lwa Gajah".
Pada 1365 M, Mpu Prapanca menyusun lontar Negarakertagama yang mana terdapat nama "Lwa Gajah".
Dalam bahasa Indonesia, kata "Lwa" berarti sungai, sedangkan Gajah berarti wihara tempat pemujaan para Bhiksu beragama Buddha.
Sehingga, nama "Lwa Gajah" berarti tempat pertapaan Bhiksu umat beragama Buddha yang berlokasi di tepi sungai.
Penemuan Goa Gajah berawal dari laporan seorang pejabat Hindia Belanda yang bernama LC Heyting pada tahun 1923.
Baca juga: Mau Masuk Goa Gajah, Wajib Pakai Kain seperti Ini
Dimana, ia juga menemukan arca Ganesha, Trilingga, dan Hariti.
Berdasarkan studi ikonografi dan analisis dua tulisan Kediri Qwadrat pada dinding di sebelah timur pintu masuk goa berbunyi "Kumon" dan "Sahy(w)angsa".
Diperkirakan, Goa Gajah telah berdiri pada abad ke-11 Masehi, yakni pada pemerintahan Anak Wungsu, Raja Bali.
Situ Pura Goa Gajah juga memiliki peninggalan yang bersifat Buddhaisme berupa Arca Dyani Buddha Amitaba.
Dimana, arca tersebut memiliki persamaan dengan Arca Dyani Buddha di Candi Borobudur dari pertengahan abad ke-9 Masehi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Situs Pura Goa Gajah berdiri jauh sebelum masa pemerintahan Anak Wungsu (1049-1077 M).
Kemudian diperkirakan, awalnya situs adalah bangunan ibadah agama Buddha dan Hindu.